Hyang Widhi

Hyang Widhi (Sanghyang Widhi Wasa) adalah asal mula dan sumber dari semua yang ada di alam semesta, Bhuwana Agung  ini. 
Dan dari pengertian tersebut, ini berarti bahwa "Hyang Widhi" adalah Tuhan itu sejatinya sebagai asal dari segala yang telah ada dan yang akan ada di alam ini.
Dalam makna simbolisasinya untuk umat Hindu Dharma di Bali khususnya disebutkan sebagai berikut :
  • Ongkara sebagai eka aksara digunakan untuk panunggalan Beliau yang merupakan bagian utama dari aksara wijaksara dan memiliki kekuatan kesucian dalam makna spiritual religius.
  • Simbol Acintya sebagai wujud Tuhan yang tak terpikirkan, maha tinggi dan maha gaib.
Semua ciptaan, yaitu alam semesta beserta isinya termasuk Dewa – dewa dan lain – lainnya berasal dan ada di dalam Hyang Widhi dan tidak ada sesuatu di luar diri beliau.
Penciptaan dan peleburan adalah kekuasaan beliau.
Sang Hyang Widhi Wasa adalah Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri yang merupakan sebutan Tuhan dalam Hindu Dharma dalam naskah-naskah dan lontar disebutkan :
Kata"Hyang Widhi" sebagai Tuhan Dalam Siwa Tattwa) juga berarti bahwa :
  • Ia yang menakdirkan, 
  • Ia yang maha kuasa, yang juga dalam bahasa Bali diterjemahkan dengan :
  • Dan Dialah sejatinya disebutkan asal segala yang ada ini dan kepadaNya pula segala yang ada ini akan kembali.
Dengan kemahakuasaan yang dimiliki Beliau dimana dalam Widhi Tatwa disebutkan Beliau juga memberikan simbul pada kekuatanNya dalam ucapan aksara suci "OM" yang diucapkan pada mantra - mantra sebagai lambang kesucian dan jiwa dari seluaruh alam ini seperti halnya :
    • Gayatri Mantram, Pranawa (OM; Omkara); sebagai lambang kesucian dan kemahakuasaan Hyang Widhi.
    • Mantram Puja Trisandhya, Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa disebut juga sebagai Hyang Siwa, jiwa dari seluruh lapisan alam Tri Loka (bhùr, bwah dan svah)
Dalam Lontar Bhuwana Kosa disebutkan, Beliau,
  • Maha mengetahui ("VID"; sinar suci pengetahuan dan sumber dari sabda Tuhan)
  • Maha Esa, 
  • tanpa bentuk, 
  • tanpa warna, 
  • tak terpikirkan (simbol dan istilah dari Acintya), 
  • tak tercampur, 
  • tak bergerak, 
  • tak terbatas dan sebagainya.
Sang Hyang Widhi itu maha tunggal, tidak ada duanya yang awalnya disebutkan bahwa alam ini kosong atau luang sebagaimana dijelaskan dalam Eka Wara sebagai hal pokok yang paling tinggi dan pertama kedudukannya dalam wewaran, sehingga pedoman perkembangan dan pencatatan dari waktu ke waktu dalam sebuah Rumus Perhitungan Wariga dan Dewasa Ayu dalam Kalender Bali menjadi acuan setiap hari raya, yadnya, piodalan dan upacara - upacara Hindu di Bali lainnya, baik dalam penentuan;
dalam perayannya.

Ada empat jalan atau cara umat Hindu untuk menghormati dan menuju ke jalan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang disebutkan dalam catur marga.

Wyapi Wyapaka Nirwikara
Kutipan dari Panca Srada dalam Sanatana Dharma menyebutkan bahwa "Hyang Widhi" merupakan yang menakdirkan, maha kuasa, dan pencipta semua yang ada. Kita percaya bahwa beliau ada, meresap di semua tempat dan mengatasi semuanya “ Wyapi Wyapaka Nirwikara “

Di dalam kitab Brahman Sutra dinyatakan “ Jan Ma Dhyasya Yatah “ artinya Hyang Widhi adalah asal mula dari semua yang ada di alam semesta  ini. Dari pengertian tersebut bahwa Hyang Widhi adalah asal dari segala yang ada.
Kata ini diartikan semua ciptaan, yaitu alam semesta beserta isinya termasuk Dewa – dewa dan lain – lainnya berasal dan ada di dalam Hyang Widhi. Tidak ada sesuatu di luar diri beliau. Penciptaan dan peleburan adalah kekuasaan beliau.
Agama Hindu mengajarkan bahwa Hyang Widhi Esa adanya tidak ada duanya. Hal ini dinyatakan dalam beberapa kitab Weda antara lain :

Dalam Chandogya Upanishad dinyatakan : “ Om tat Sat Ekam Ewam Adwityam Brahman “ artinya Hyang Widhi hanya satu tak ada duanya dan maha sempurna.

Dalam Mantram Tri Sandhya tersebut kata – kata :
“  Eko Narayanad na Dwityo Sti Kscit “ artinya hanya satu Hyang Widhi dipanggil Narayana, sama sekali tidak ada duanya.
Dalam Kitab Suci Reg Weda disebutkan “
“ Om Ekam Sat Wiprah Bahuda Wadanti “ artinya Hyang Widhi itu hanya satu, tetapi para arif bijaksana menyebut dengan berbagai nama.
Dalam kekawin Sutasoma dinyatakan :
Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa

artinya berbeda – beda tetapi tetap satu, tak ada Hyang Widhi yang ke dua.
Dengan pernyataan – pernyataan di atas sangat jelas, umat Hindu bukan menganut Politheisme, melainkan mengakui dan percaya adanya satu Hyang Widhi.

Hindu sangat lengkap, dan fleksibel. Tuhan dalam Hindu di insafi dalam 3 aspek utama, yaitu :
  1. Brahman ( Yang tidak terpikirkan ),
  2. Paramaatma ( Berada dimana-mana dan meresapi segalanya ), 
  3. Bhagavan ( berwujud ). 

Pemahaman yang benar tentang Tuhan, 
dalam FORUM DISKUSI JARINGAN HINDU NUSANTARA (ref) diceritakan sebagai berikut :
Di dunia ini, ada banyak keyakinan tentang Tuhan. Yang mana, orang memahami Tuhan dengan cara mereka sendiri dan sering kali dalam imajinasi mereka sendiri. Sehingga apa yang kita perlukan untuk memahami Tuhan adalah pemahaman tentang Dia, apa Dia dan bagaimana Dia. Pemahaman yang benar tentang Tuhan yg benar harus diberikan oleh Tuhan sendiri!

Ada beberapa yang tidak percaya pada keberadaan Tuhan, sering alasannya karena keberadaan-Nya tidak dapat dibuktikan seperti manusia. Tetapi karena kita tidak dapat melihat Tuhan dengan mata telanjang, itu tidak berarti bahwa Tuhan tidak ada.

Sama seperti angin, yang tidak dapat dilihat tetapi dapat sangat banyak dirasakan, adalah mungkin untuk mengalami kehadiran Tuhan melalui pengetahuan ilahi dan meditasi.

Siapakah Tuhan dan bagaimana bentuk dan nama-Nya?
Kita sekarang akan mencoba untuk memahami siapa Tuhan atau Jiwa Agung. Istilah 'Jiwa Agung' berarti Dia adalah tertinggi di antara semua jiwa. Ini menyiratkan bahwa, Ia juga 'jiwa', meskipun Dia adalah tertinggi dari semua. Dia melampaui kelahiran dan kematian. Tuhan adalah Bapa-Ibu Agung, Maha guru dan pembimbing Agung kepada semua manusia dan Ia sendiri tidak memiliki ayah-ibu, guru dan pembimbing.

Tuhan adalah titik, halus sangat kecil dari cahaya.
Dia tidak terlihat dengan mata telanjang tetapi sangat mungkin untuk mengalami kehadiran-Nya dan kedekatan dalam meditasi
Dia adalah inkorporeal dalam arti bahwa ia tidak memiliki badan sendiri. Dia bukan manusia juga tidak memiliki bentuk manusia. Dia kebal atau melampaui kenikmatan dan rasa sakit tidak seperti manusia.
Nama adalah suatu cara identifikasi manusia setelah mereka lahir. Mereka tidak berbicara tentang kualitas dan tindakan orang tersebut; mereka hanya kata benda yang tepat dan bukan nama atributif. Tapi nama jiwa tertinggi atau Tuhan didasarkan pada kualitas-Nya dan tindakan. Tuhan sendiri yang mengatakan namanya adalah 'Siwa'. 'Siwa' berarti pelaku kebajikan atau pemberkah/dermawan.
Tuhan yang baik bagi semua dan karena itu Ia disebut Siwa. Semua jiwa meminta keselamatan dan kebahagiaan yaitu kedamaian dan kebahagiaan dari-Nya. Orang-orang mengingat-Nya dengan banyak nama (bahuda) ekspresif lainnya.

Kebajikan-Nya
Tuhan adalah Bapa Agung dari semua. Dia disebut sang pencipta. Dia lautan dalam kebajikan-Nya - lautan kedamaian, lautan cinta kasih, lautan kebahagiaan, samudera pengetahuan, samudra kebahagiaan, samudera belas kasihan, dll
  • Dia adalah kebenaran. 
  • Dia adalah Maha Kuasa dan Otoritas. 
  • Dia terkenal sebagai :
    • pemelihara, atau 
    • penopang kebajikan, dan 
    • penghancur dari segala kejahatan. 
  • Ia juga pembebas, panduan, dan menganugerahkan keselamatan, oleh karena itu beliau disebut Sadguru. 
Dia menghalau kesedihan, melimpahkan sukacita.Tuhan adalah sempurna dalam segala cara dan benar-benar tidak terikat dan penuh kasih. Dia sangat murah hati dan sangat membantu sehingga jiwa jiwa meminta segala sesuatu dari dirinya. Ketika dalam kesedihan dan kehilangan semua harapan, jiwa berpaling padanya secara intuitif dan pasti.
Banyak agama dan jalan yang membawa jiwa-jiwa dalam pencarian mereka untuk mencapai Tuhan. 
Namun, dia tidak secara eksklusif milik siapa pun. Dia milik semua orang dan bukan merupakan perwakilan dari agama apapun.
Bapak Agung dari semua Jiwa
Tuhan adalah ayah dari semua jiwa di dunia ini. Hal ini diamati bahwa semua agama memiliki gambar, wujud berhala atau peringatan satu nama atau lain untuk mewakili bentuk, bahwa Tuhan adalah Cahaya/Energi Spiritual.

Identitas Tuhan
Di mana Tuhan tinggal? Apakah ada tempat orang dapat pergi untuk melihat-Nya, untuk bersama-Nya? Tuhan adalah titik halus cahaya, dan Dia tidak meresapi alam semesta fisik. Juga ia tidak ada didalam diri setiap manusia atau dalam hal apapun. Dan juga Dia tidak ada dimana-mana didunia fisik ini;
Dia juga tidak memiliki bentuk manusia. Rumahnya adalah dunia incorporeal/Halus, hamparan tak terbatas berwarna keemasan-merah, yang melampaui dunia fisik ini kita hidup. 
Ini adalah tempat tinggal asli dari semua jiwa juga. dunia Inkorporeal dikenal sebagai Paramdham atau Brahmaloka ato swah loka. Mengetahui di mana Bapa Agung, kita dapat membuat koneksi dengan-Nya melalui pikiran selama meditasi.

The Descent Ilahi Tuhan (Inkarnasi Tuhan)
Tuhan turun ke dunia ini ketika semua jiwa berada di bawah kegelapan, ekstrim kebodohan dan ketidakbajikan, ketidakbenaran, perbuatan tercela, kelelahan spiritual dan kelemahan religius karena usia dunia sudah tua.

Hal ini dijelaskan dalam kitab suci sebagai "Dharma Glani" merajalelanya adharma. Melihat keadaan hari ini, seharusnya tidak sulit bagi kita untuk menyimpulkan bahwa inilah waktu dunia sedang mengalami saat Glani Dharma.
Ini adalah masa kegelapan ketika dosa-dosa dan kejahatan dari segala jenis biasanya berlangsung; ketika manusia meraba-raba untuk menginginkan visi yang jelas. Ini adalah saat dimana Tuhan campur tangan dalam urusan manusia.
Intervensi ilahi berlangsung pada saat kegelapan dlam sejarah manusia ketika jiwa manusia meraba-raba dalam kegelapan dan ketidaktahuan tentang jati dirinya, lupa ttg penciptanya dan ciptaannya, ketika jiwa-jiwa yang dibutakan oleh : kejahatan, nafsu birahi, kesombongan, kemarahan, keserakahan, dan keterikatan.
Saat inilah Tuhan turun dalam tubuh seorang manusia biasa (inkarnasi) untuk mengungkapkan Pengetahuan Ilahi, yang membuka jalan untuk kemenangan atas sifat kejahatan dalam diri manusia dan memupuk sifat-sifat ilahi dalam kehidupan. 
Hal ini memungkinkan manusia untuk berubah menjadi makhluk ilahi lagi.kembali ke jalan dharma. 
***