“Om tat Sat Ekam Ewam Adwityam Brahman “
Artinya :
Hyang Widhi hanya satu tak ada duanya dan maha sempurna.
Dan sebagai sraddha umat Hindu akan keyakinan terhadap adanya atman yang merupakan percikan terkecil dari Brahman dan menjiwai setiap mahluk hidup disebutkan bahwa :
Atman menikmati suka duka hidup yang dipengaruhi oleh indrianya.Dan adapun perkembangan sejarah dari kitab upanishad ini disebutkan sebagai berikut :
Diceritakan pada zaman dahulu, filsafat ini diajarkan oleh seorang guru spiritual yang bernama Svetaketu yang merupakan putra dari Rsi Uddalaka.
Chandogya Upanisad lebih lanjut dalam kajian researchgate disebutkan adalah Upanisad tertua yang diperkirakan telah disusun pada abad ke 8 Sebelum Masehi.
Perkiraan ini merujuk pada Ashtadhyayi yang disusun Maharsi Panini yang pernah menyatakan jumlah Upanisad sebanyak 900.Jumlah yang sama juga disampaikan Maharsi Patanjali, meskipun sampai saat ini, sebagian besar dari jumlah Upanisad tersebut sudah hilang atau rusak dimakan waktu.
Berkurangnya jumlah Upanisad disebutkan salah satunya diduga karena jarak penulisan Upanisad yang sangat jauh, diperkirakan pada 1000 Sebelum Masehi, sedangkan Upanisad sendiri baru dikenal luas kira-kira tahun 600 Sebelum Masehi.
Berkaitan dengan konsep sorga, neraka dan moksa juga hanya sepintas dijelaskan dalam Chandogya Upanisad 8.4-1 sehingga tentang moksa perlu mendapat penjelasan lanjutan karena tidak mudah memahaminya.
Untuk sampai pada tingkat ini, manusia membutuhkan latihan spiritual, antara lain :
Jika manusia mati, ia akan pergi diikuti oleh karma wasana atau bekas perbuatan yang menempel dalam selnya.Agar jiwa manusia dapat menyatu dengan Brahman, ia harus terbebas dari ikatan kelahiran. Ia harus membinasakan keinginannya atau mengendalikan keinginan yang negatif.
Untuk sampai pada tingkat ini, manusia membutuhkan latihan spiritual, antara lain :
- Srawanam, yaitu tingkatan harus belajar mengenai kebenaran yang diajarkan dalam Upanisad dari seorang guru;
- Manam, yaitu tingkatan harus memantulkan pengetahuan yang telah dipelajarinya dengan maksud untuk meyakinkan diri, akan kebenaran ajaran itu; dan
- Dhyana, yaitu tingkatan harus dengan tetap menyandarkan kepada kebenaran dharma yang telah diyakini dengan budinya supaya ia dapat menyelami sendiri kesatuan itu.
***