Tri Manggalaning Yadnya

Tri Manggalaning Yadnya adalah tiga kelompok penyelenggara upacara yadnya yang dilaksanakan agar berdasarkan satvika yadnya yaitu dengan hati yang tulus iklas dan tanpa pamrih serta dalam pelaksanaannya dapat dibagi menjadi tiga kelompok yang saling bekaitan yaitu :
  1. Sulinggih sebagai pemimpin upacara,
  2. Sarati yaitu tukang banten yang membuat tetandingan banten sebagai penyedia upakara;
  3. Dan pada saat membuat reringgitan dalam belajar membuat upakara disebutkan hendaknya posisi duduk tidak boleh metajuh masuku tunggal karena merupakan sikap drati krama yang dapat menyebabkan kecuntakan;
  4. Sang Yajamana, yaitu yang punya kerja atau hajatan.
Upacara yang Satvika tersebut sebagaimana disebutkan dalam upakara yadnya, alit-madya-ageng mempunyai unsur-unsur :
Mengerti akan makna dan tujuan upacara yang diselenggarakan dengan mengacu pada lontar-lontar tentang upakara, misalnya :
Didalam lontar-lontar tersebut disebutkan bahwa :
  • Jenis upakara agar disesuaikan dengan kemampuan nyata,
  • yang diistilahkan sebagai Desa Kala Patra yang disesuaikan dengan situasi/keadaan tertentu.
Selain itu juga disebutkan dalam hal menyusun tetandingan banten atau rangkaian upakara tersebut perlu diperhatikan konsep hulu teben dan jangan sampai kelompok banten teben lebih besar dari pada kelompok banten hulu.
  • Kelompok banten hulu yaitu upakara yang dihaturkan pada pelinggih (niyasa) Sanghyang Widhi atau Ista Dewata utama dll.
  • Kelompok banten teben yaitu upakara yang dihaturkan bagi iringan Ista Dewata, banten teben biasa juga disebut sebagai "banten sor", "pertiwi", "segehan", atau "caru" dll yang bertujuan untuk keseimbangan diri kita sendiri dan alam ini. 
***