Reringgitan

Peringgitan (atau Jejahitan; Tetuasan) adalah ukir - ukiran dedaunan (atau rwan seperti ron, don dll) sebagai suatu simbol yang memiliki nilai religius dan nilai seni yang tinggi dalam tetandingan banten;
  • Sehingga kita selalu ingat dan selalu dapat berhubungan dengan sang pencipta, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasiNYa.
Reringgitan, tatuwasan dan ukir-ukiran pada banten ini juga berfungsi sebagai lambang banten, bahasa agama dalam bentuk symbol dalam kesungguhan pikiran untuk melakukan Yadnya.
Agar kesucian yadnya dengan penggunaan dedaunan tersebut lebih terwujud yang dalam lontar dharma caruban disebutkan, sebelum menggunakan daun - daun untuk reringgitan ini sepatutnyalah terlebih dahulu diucapkan doa/mantra berikut :
    • Maksudnya  : bila menggunakan daun-daunan lebih lebih untuk kepentingan yadnya rohnya dikembalikan ke arah barat daya kehadapan Bethara Ludra.

Karena semua yadnya (banten) tersebut sebagaimana dijelaskan PHDI, reringgitan ini sebagai pelestarian nilai luhur budaya bangsa, lambang diri kita sebagai (manusia), lambang Kemahakuasaan Tuhan, dan lambang dari alam semesta ini.  

Bunga-bungaan lambang kesucian dan ketulusan melakukan Yadnya. Reringgitan dan tatuwasan (ukir-ukiran pada Banten) lambang kesungguhan pikiran melakukan Yadnya. Raka-raka (buah dan berbagai jajan perlengkapan banten) lambang para ilmuwan-ilmuwan sorga atau swah loka sehingga dalam membuat Jejahitan (Reringgitan Banten) ini haruslah juga berhati suci dan ikhlas jangan sampai berbicara yang kasar, kotor, leteh, manah, dan lain-lain karena reringgitan ini sebagai suatu simbol konkret dari ajaran weda (ajaran suci agama Hindu Dharma yang sarat dengan nilai luhur budaya bangsa). 

Nilai luhur yang terkandung didalamnya sangatlah religius dalam keyakinan kepada Ida Hyang Widhi Wasa, sebagai pencipta alam semesta ini, sehingga kita disebutkan sebagai umat haruslah berbhakti, beryadnya dan selalu ingat pada Beliau.
***