Ukiran

Ukiran adalah ornamen dalam motif hias yang dipahat oleh para seniman, tukang ukir dan para undagi dalam cipta dan rasa sehingga sesuatu itu :
  • Menjadi lebih indah, asri dan nyaman.
  • Memiliki simbol dan makna tersendiri.
Di Bali, ukiran sebagai motif hias seperti halnya 
  • Dalam rumah tradisional bali dan pada pelinggih - pelinggih dalam tempat suci, biasanya ditempatkan pada bangunan seperti halnya dalam :
    • Keketusan, yaitu motif-motif geometris seperti :
      • Ganggong, 
    • Ganggong,
      • Ceracap, dan 
      • Kakul-kakulan.
      • Batun timun
      • dll. 
    • Pepatraanjenis ragam hias yang berwujud gubahan - gubahan keindahan hiasan dalam patern - patern seperti halnya relief yang berbentuk tumbuhan merambat dan menjalar.
    • Kekarangan | biasanya ditempatkan pada sudut - sudut bangunan seperti halnya :
      • Karang simbar
    • Karang simbar
      • Karang guak
      • Karang gajah
      • Karang Tapel
      • dll.
    • Ngodak Sesuhunan;
    • Ukiran berbahan kulit, sampai topengnya yang dari kayu.
  • Sedangkan ukir - ukiran dedaunan dalam sebuah reringgitan tetandingan banten sebagai suatu simbol yang memiliki nilai religius tersendiri.
Keunikan dan kekhasan dalam seni ukir Bali disebutkan beberapa tahun terakhir mampu memikat pembeli, baik dari lokal maupun asing.
Selain kayu, seni ukir Bali juga mulai menggunakan bahan batu padas (paras). Perkembangan seni ukir yang menggunakan bahan batu padas itu berawal dari pembangunan tempat suci, 
karena hampir semua tembok dan bangunan suci (pelinggih) dihiasi dengan ukiran batu padas.
Kerajinan seni ukir dari bahan batu padas pada awalnya mengambil tema-tema tradisional, namun dalam beberapa tahun belakangan mulai bersentuhan dengan kebudayaan luar, namun tetap mencerminkan tradisi adat, seni budaya dan agama di Pulau Dewata yang sepanjang tempat memberikan kita suatu keheningan untuk mendapatkan konsentrasi pikiran dan kedamaian.
***