Timun

Timun adalah salah satu patra Bali sebagai simbol dari kematangan spiritual yang telah terlepas dari keterikatan.

Dimana dalam penggunaannya disebutkan :

  • Ukiran batun timun biasanya ditempatkan pada motif hias bangunan.
  • Sebagai banten pelengkap dari ajuman yang dipersembahkan agar Beliau selalu melimpahkan anugerah pada umatNya.
Sebagai ilustrasinya;
"Bagai buah mentimun yang matang, terlepas dari tangkainya".
Jadi selepas buah mentimun tersebut dari tangkai seusai berkarma, kemudian merelakan wadahnya hancur untuk memberi kesempatan kepada benih-benih yang sudah ia peroleh sewaktu proses berkarma agar tumbuh menjadi individu individu baru yang berkualitas.

Dalam Hindu Dharma, sebagaimana disebutkan dalam artikel Guntur AB;
Hidup ini dikatakan juga adalah proses pematangan karma. Proses pematangan spiritual, yang tipis kemungkinannya melepaskan kemelekatan secara keseluruhan semasih memiliki tanggung jawab akan kehidupan. 
Dengan pengertian yang kasar adalah, kita akan bergantung terus kepada dunia material ini semasih kita menjalani hidup sebagaimana mestinya. 

Selama perjalanan menjalani hidup, kita memperoleh pengalaman-pengalaman, mendapat asupan ilmu dalam belajar, dll yang kesemua itu akan mematangkan spiritual dan karma kita sesuai dengan jenjang hidup yang sedang kita jalani. 

Dan itulah pentingnya catur asrama
Dan kitapun seharusnya sadar diri agar berkarma sesuai dengan asrama yang sedang kita jalani. 
Semisal kita masih dalam tahap Grahasta, bertanggung jawablah menghidupi dan mendidik keluarga sebaik-baiknya. 
Janganlah berprilaku seperti seorang pendeta/sulinggih atau petapa yang bisa membuat tidak terurusnya keluarga
Bukannya sanjungan yang didapat (setidaknya dari keluarga sendiri), malah cemohan. 

Ibaratnya buah mentimun tadi, 
Janganlah memaksakan diri untuk melepaskan paksa keterikatan sebelum waktunya. 
Itu namanya tidak bertanggung jawab
Sampai hancurpun akan tetap konyol, dan tidak akan pernah bisa menumbuhkan individu individu / spirit- spirit baru yang berkualitas karena benih yang didapat masih muda dan belum matang dengan sempurna. 

Apakah bibit spirit seperti itu yang akan kita tanamkan kepada generasi penerus ??? 
Tentunya tidak !!!

Begitulah kita harus bersabar didalam mematangkan diri. 

Apa yang kita peroleh didalam perjalanan hidup ini, astungkara tidak akan berhianat akan hasil yang kita peroleh nantinya. 

Apabila ternyata bisa sampai matang sempurna, astungkara....semua keterikatan duniawi akan terlepas seluruhnya dengan sempurna.
***