Motif Hias adalah ornamen seni berkaitan dengan corak & ukiran yang dipahat oleh para seniman sebagai karya seni dalam berbagai bentuk dan wujud yang menghiasi beragam keindahan dalam kehidupan ini.
Dalam estetika seni menurut sad angga sebagaimana diuraikan :
Dalam estetika seni menurut sad angga sebagaimana diuraikan :
- Motif pada dasanya adalah dasar warna; latar belakang warna; dasar ragam untuk aransemen lagu; ragam; bentuk; alasan dasar.
- Hias adalah corak misalnya hiasan pada kain, hiasan bagian rumah, bangunan suci dan sebagainya.
- Sedangkan tradisional adalah kebiasaan secara turun-tumurun, tentang pandangan hidup, kepercayaan, kesenian, tarian upacara dsb.
Seperti halnya di Bali disebutkan :
- Dihias dengan berbagai simbol sebagai tanda yang mengandung pengertian sertaan dan makna tersendiri.
- Misalnya motif hias yang diterapkan pada bangunan padmasana, merupakan stilisasi dari bentuk - bentuk yang ada di alam seperti batu-batuan, awan, air, api, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia dan mahluk-mahluk mitologi lainnya.
- Dimana hiasan-hiasan pada penjor merupakan berjenis-jenis daun seperti daun cemara, andong, paku pipid, pakis aji dll,
- yang bermakna sebagai tanda terima kasih manusia atas kemakmuran yang dilimpahkan Ida Sang Hyang Widi Wasa.
- Kedok Muka yang berupa wajah manusia yang dipahatkan sebagai simbol sakral religius.
- Dan pada saat perayaan Sabuh Mas dengan yadnya widhi widhana disebutkan juga sebagai tanda bersyukur semoga Beliau selalu melimpahkan restunya pada artha dan barang-barang berharga termasuk perhiasan.
Dahulu berbagai bentuk perhiasan juga dijelaskan oleh guru sejarah, pada masa perundagian dimana manusia disebutkan juga telah memiliki apresiasi yang cukup terhadap seni.
Hal ini dibuktikan ditemukannya berbagai hiasan. Hiasan yang ditemukan berupa gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, dan bandul kalung.
Benda-benda tersebut ada yang diberi pola hias dan ada yang tidak. Benda yang diberi pola hias seperti cincin atau gelang yang diberi pola hias geometrik.
- Ditemukan pula cicin yang berfungsi bukan untuk perhiasan, tetapi sebagai alat tukar.
- Cincin yang seperti ini ukurannya sangat kecil bahkan tidak bisa dimasukkan ke dalam jari anak.
Tempat-tempat ditemukannya benda-benda tersebut antara lain Bogor, Malang, dan Bali. Perhiasan-perhiasan lainnya yang ditemukan pada masa perundagian yaitu manik-manik.
- Pada masa prasejarah manik-manik banyak digunakan untuk :
- Upacara, sebagai penghormatan dan perayaan yang dilaksanakan untuk dapat menghubungkan diri dengan banyak hal.
- Bekal orang yang meninggal (disimpan dalam kuburan),
- Dan alat tukar.
- Pada masa perundagian, bentuk manik-manik mengalami perkembangan.
Pada zaman prasejarah manik lebih banyak terbuat dari batu, sedangkan pada masa ini sudah dibuat dari kulit kerang, batu akik, kaca, dan tanah-tanah yang dibakar.
Manik-manik memiliki bentuk yang beragam, ada yang berbentuk silindris, bulat, segi enam, oval, dan sebagainya.
Di Indonesia beberapa daerah yang juga merupakan tempat ditemukannya manik-manik antara lain Bogor, Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, dan Besuki.
***