Zaman Perundagian adalah sebuah masa yang dahulu ditandai dengan adanya kebudayaan megalithik oleh para undagi yang menghasilkan bangunan-bangunan dari batu-batu besar dan disebutkan telah ada sekitar 2000 tahun silam dimana disebutkan :
Adanya nekara sebagai hasil teknologi logam perunggu yang mencapai puncaknya pada akhir zaman prasejarah yaitu pada masa perundagian Bangsa Austronesia yang disebutkan merupakan leluhur orang Bali Mula (Bali Aga) penduduk asli Pulau Bali.
Dalam sejarah Bali, juga diceritakan pada tahun 600-300 SM kemudian :
Terjadi akulturasi antara kebudayaan batu dengan perunggu. Kebudayaan masyarakat di Bali semakin tumbuh dan berkembang.
Zaman perundagian, dimana manusia sudah mengenal pengolahan logam namun tidaklah berarti hilangnya penggunaan barang-barang dari batu sebagaimana disebutkan oleh sigit, sejarah pada masa perundagian yaitu : penggunaan bahan dari logam tidak begitu tersebar luas sebagaimana halnya bahan dari batu.
Persediaan logam pada saat itu sangat terbatas. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki barang-barang dari logam. Kemungkinan dahulu hanya orang-orang yang mampu membeli bahan-bahan tersebut.
Keterbatasan persediaan tersebut memungkinkan barang-barang dari logam diperjualbelikan. Adanya perdagangan tersebut dapat diperkirakan bahwa manusia pada zaman perundagian telah mengadakan hubungan dengan luar.
Dalam perkembangan selanjutnya, jika dahulu para undagi / pematung / tukang ukir berkesenian atau menuangkan ide mereka dengan media batu atau kayu, kini seiring dengan perkembangan jaman seni patung pun telah mengalami evolusi.
Namun baru – baru ini tepatnya pada bulan – bulan menjelang Nyepi para seniman yang ada di bali menuangkan ide mereka melalui seni patung dalam ogoh – ogoh yang disebutkan juga dibuat dari serofom.
***