Undagi adalah para arsitek tradisional Bali yang diayomi oleh Bhagawan Wiswakarma sebagai arsitek seni bangunan para Dewa yang dalam salah satu lontar tentang arsitektur Bali disebutkan,
Melalui karya seni mereka, sebuah tempat dapat memiliki representasi peradaban kehidupan, seni budaya dalam cipta dan rasa dengan nilai-nilai cultural setempat untuk menjadi asri dan nyaman.
Dan hendaknya juga para undagi/sangging sebagai pembuatnya disebutkan harus memperhatikan ketentuan proses sakralisasi kayu dalam hal “kesucian kayu” bangunan/hasil karyanya.
Keberadaan para undagi di Bali telah memiliki sejarah yang cukup panjang yang dalam asal usul sejarah Pulau Bali ini diceritakan :
Dahulu saat zaman perundagian dalam kebudayaan megalithik yang menghasilkan bangunan-bangunan dari batu-batu besar.
Batu-batu ini biasanya tidak dikerjakan secara halus, hanya diratakan secara kasar saja untuk mendapat bentuk yang diperlukan.
Seperti halnya dalam jejak megalititikum di Bali, tradisi megalithik disebutkan masih tampak hidup dan berfungsi di dalam kehidupan masyarakat dewasa ini dan adapun temuan yang penting berupa :
- Batu berdiri (menhir) yang terdapat di Pura Ratu Gede Pancering Jagat di Trunyan. Di pura ini terdapat sebuah arca yang disebut arca Da Tonta yang memiliki ciri-ciri yang berasal dari masa tradisi megalithik. Arca ini tingginya hampir 4 meter.
- Temuan lainnya yaitu di Sembiran (Buleleng), yang terkenal sebagai desa Bali kuna, disamping desa-desa Trunyan dan Tenganan. Tradisi megalithik di desa Sembiran dapat dilihat pada pura yang dipuja penduduk setempat hingga dewasa ini.
- dari 20 buah pura ternyata 17 buah pura menunjukkan bentuk-bentuk megalithik dan pada umumnya dibuat sederhana sekali.
- Di antaranya ada berbentuk teras berundak, batu berdiri dalam palinggih dan ada pula yang hanya merupakan susunan batu kali.
Temuan lainnya yang penting juga berupa bangunan-bangunan megalithik yang terdapat di Gelgel (Klungkung).
- Temuan yang penting di desa Gelgel yaitu sebuah arca menhir yaitu terdapat di Pura Panataran Jro Agung.
- Arca menhir ini dibuat dari batu yang mengandung nilai-nilai keagamaan yang penting yaitu sebagai lambang kesuburan yang dapat memberi kehidupan kepada masyarakat.
- Lontar Dharma Laksana berkaitan dengan undagi bade sebagai kelengkapan lainnya dalam upacara Ngaben.
***