Sesuhunan

Sesuhunan (Sesuunan) adalah Ida Bhetare duwe yang pada umumnya dimiliki oleh masing-masing desa adat atau pura di Bali sebagai pelindung untuk menetralisirkan Bhuana agung atau alam desa agar terjauh dari wabah penyakit.

Seperti halnya dikutip dari berita antara news dalam tradisi nedunang sesuhunan barong dan rangda untuk menetralisir kekuatan negatif.

Dengan menggunakan saa mantra segehan putih kuning disebutkan sebagai penetral kekuatan Bhuta Nareswari yang dapat mempengaruhi jiwa manusia untuk berperilaku malas dan boros. 
Untuk menetralkan pengaruh itu pada diri seseorang, maka perlu dibuatkan sěgěhan putih kuning ini.

Di Bali, tradisi ini dilaksanakan sudah sejak lama dan turun temurun, tujuan nedunang sehuunan ditedunkan pada hari tertentu seperti Pegatwakan adalah secara keyakinan masyarakat Hindu untuk menetralisirkan Bhuana agung atau alam Desa agar terjauh dari wabah penyakit. Hal ini lebih lanjut dituturkan oleh Pemundut tapakan rangda dalam keterangannya dalam sebuah artkel Balipuspanews.
***
Dalam tradisi masyarakat Bali di beberapa tempat ada kebiasaan untuk menarikan Sesuhunan yang disungsung di tempat yang bersangkutan sebelum Beliau disineb

Kisah yang diambil dalam menarikan (sesolahan) Sesuhunan biasanya terlihat seperti dalam menonton  kisah calonarang yang terkenal aura mistisnya. Penonton kadang-kadang tidak berani beranjak pulang sebelum kisah ini selesai dibawakan.

Salah satu peran yang sangat vital adalah peran untuk mundut Sesuhunan untuk ditarikan. Peran ini disamping membutuhkan skill tari yang bagus juga membutuhkan olah batin dan kepasrahan yang tinggi untuk melakukannya.

Dalam tulisan ini akan diceritakan pengalaman seorang yang terbiasa untuk mundut Sesuhunan dalam pentas calonarang tersebut.

Sebut saja nama Beliau Aji S, pria berbadan tegap ini sudah terbiasa mendapat tugas untuk mundut Sesuhunan apabila dilakukan pentas calonarang di desa Beliau. Tugas ini memberikan Aji S berbagai pengalaman yang tidak terbayangkan sebelummnya.

Aji S bilang bahwa ilmu pengleakan ternyata pada saat ini sudah diturunkan ke generasi muda, ini Aji S dapatkan ketika mundut Sesuhunan keliling desa. Saat perjalanan mundut sesuhunan tersebut masyarakat sangat antusias untuk mengikutinya, nah disanalah Aji S menyaksikan bahwa para abg-abg di desa Beliau ternyata sebagian sudah mengerti dengan ilmu leak. 

Ini dibuktikan bahwa kalau dilihat lewat 'penyingakan' (penglihatan) Sesuhunan (maksudnya lewat mata topeng) maka para abg tersebut terlihat memiliki mata yang bersinar yang menandakan bahwa mereka setidaknya pernah bersinggungan dengan ilmu leak. Dengan berkelakar Aji S bilang jangan takut ilmu leak akan kehilangan pengikut.

Pengalaman lain yang tidak kalah menarik adalah bahwa leak manca warna yaitu leak putih, barak, kuning, selem dan brumbun yang Beliau panggil atas nama Sesuhunan memang benar-benar hadir dan ikut mengiringi Sesuhunan kemanapun Sesuhunan tersebut di-pundut. 
Leak-leak tersebut merupakan leak yang bukan jelmaan manusia, jadi sifatnya adalah leak baik-baik atau disebut juga leak Brahma.

Ketika didesak pengalaman yang paling tegang waktu Aji S mundut Sesuhunan, pria ini diam sejenak dan mengambil nafas dalam-dalam. 
Dengan suara lirih Aji S bilang bahwa pernah suatu saat ketika Mundur Sehusuhan, ada orang yang bermaksud tidak baik dan sangat berani nantang Sesuhunan.

Peristiwa tersbut terjadi ketika Aji S sedang mundut Sesuhunan, tiba-tiba badannya seperti bergerak sendiri dan susah dikendalikan. Para penonton dan pengabihnya menjadi tercengang ketika Aji S sambil mundut Sesuhunan bisa melompati tembok Pura yang tingginya sekitar 2.5 Meter tanpa kesulitan dan terus berlari ke arah Timur.

Menurut Aji S, tiba-tiba saja ada kekuatan yang merasuki dirinya dan membuat Aji S mampu untuk melompati penyengker tinggi tersebut. Seperti ada medan magnit yang menarik badannya, maka Aji S terus berlari ke Timur.

Di Timur ternyata dalam penglihatan Aji S sudah menunggu manusia raksasa berwarna putih yang tingginya hampir mencapai langit. Sedemikian besarnya manusia atau raksasa itu sehingga Aji S dengan jelas dapat melihatnya. Tanpa dapat dikendalikan, tangan Aji S bergerak-gerak seolah-olah memukul kearah manusia raksasa tersebut.

Setiap gerakan pukulan yang dilakukan, terlontarlah bola api dari kain rurub Sesuhunan yang selalu dibawa dalam setiap pentas dan merupakan perlengkapan dari Sesuhunan menuju manusia raksasa tersbut. Kain tersebut berisi rerajahan yang bersifat magis.

Belasan bola Api yang terlontar dengan sangat dahsyat mengenai manusia raksasa tersebut. Pada tahap awal, manusia raksasa terssebut masih mampu bertahan, bahkan tertawa meledek. Namun seiring dengan semakin gencarnya lontaran bola api tersebut, maka manusia raksasa tersebut mulai kewalahan dan akhir nya tumbang dan segera melarikan diri. 
Aji S baru yakin bahwa akan dahsyatnya kekuatan kain rurub tersebut.

Aji S akhirnya dapat mengendalikan tubuhnya kembali begitu manusia raksasa tersebut melarikan diri. Para pengabihnya segera menuntun Beliau untuk kembali ke Pura dan melanjutkan pentas calonarang.
Besoknya Aji S mendengar kabar bahwa salah seorang tokoh di desa tetangga telah meninggal dunia tanpa sebab yang jelas.

Aji S hanya bisa bersyukur atas perlindungan yang telah Sesuhuhan berikan dimana Sesuhunan terjun langsung untuk menghadapi gangguan waktu pentas calonarang.

Pesan Aji S adalah, janganlah kita usil terhadap pentas calonarang apalagi yang bertujuan untuk Mundut Sesuhunan karena yang akan dihadapi adalah Sesuhunan secara langsung sehingga kalau usil akan fatal akibatnya.

Demikian ditambahkan Gethey Marwata sebagaimana diceritakan oleh seorang tapakan yang mundut Ratu Ayu dalam sebuah artkel Hindu di Fb.
***