Kakul (dalam motif hias, patra dan tetandingan banten) adalah lambang sebuah isyarat agar kemanapun kita pergi hendaknya selalu memohon perlindungan yang dalam seni ukir dan kitab suci oleh Vaprakeswara's Blog disebutkan :
Jika keong selalu membawa rumahnya kemana-mana sebagai tempat perlindungan maka manusia hendaknya selalu eling pada sang Maha Pencipta, dan berpegang teguh pada dharma sebagai tempat berlindung.
Sarasamuscaya sloka 18, menjelaskan: Mwang kotaman ikang dharma, prasidda sangkaninghitawasana, irikang mulahaken ya, mwang pinaka sraya sang pandita, sangksepanya, dharma mantasakenikang triloka.
Terjemahan:
Dan keutamaan dharma itu sesungguhnya merupakan sumber datangnya kebahagiaan bagi yang melaksanakannya; lagi pula dharma itu merupakan perlindungan orang yang berilmu; tegasnya hanya dharma yang dapat melebur dosa Triloka atau jagad tiga itu.
Motif hias dan penggunaan kakul-kakulan ini biasanya digunakan untuk :
- Nasi Kakul, anggen ring Banten Jejanganan,
- madasar antuk ituk-ituk asiki, medaging nasi maura/sasahan,
- sesawur lan kacang-kacangan, maulam kulit kakul
- Pada terapan pepalihan motif hias dan ukir-ukiran padmasana hendaknya disebutkan dilengkapi patra2 seperti ganggong, ceracap, dan kakul-kakulan.
- Manik kakul, berbentuk keong kecil berwarna putih sebagai benda gaib di Bali.
***