Dharma merupakan pegangan hidup atau kewajiban sebagai manusia yang dilaksanakan dalam aspek kehidupan sehari-hari baik dalam ucapan, pikiran dan dalam berprilaku sehari-hari dirumah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam Hindu Dharma, dharma hendaknya disebutkan berlandaskan Tri Kaya Parisudha sebagaimana dikatakan untuk dapat mencapai tujuan hidup menurut Hindu (ref) seperti halnya kebahagiaan di dunia ini dan akhirat kelak.
Dan mengingat ajaran dharma amatlah luas tentunya pengamalan praktis sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari seperti halnya pendalaman Sradha dalam rangka meningkatkan pengamalan Dharma yang salah satunya disebutkan untuk berbuat baik lakukanlah dan biasakanlah hal itu.
Sejatinya dikatakan bahwa Dharma disebut juga berarti agama dan kewajiban, kemuliaan, kebajikan serta kebenaran.
Dharma Agama sebagai ajaran-ajaran suci yang mengatur, memelihara atau menuntun umat manusia untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan ketentraman bhatin.
Menjalankan buddhi dharma dengan pikiran yang ringan & terang dikatakan sebagai ciri orang yang satyam atas dasar dharma atau kebenaran.
Dan dalam melaksanakan ajaran dharma hendaknya berdarkan atas pertimbangan-pertimbanganDharma Sidhi Artha sehingga Tuhan pun disebutkan senantiasa akan 'memberikan kemudahan' pada akhirnya...
Dalam kehidupan bermasyarakat, ajaran Dharma ini hendaknya juga disebutkan menjadi pedoman dalam segala aktivitas, tugas dan tanggung jawab berdasarkan atas aturan, norma dan hukum yang berlaku sebagai kewajiban umat manusia yang hendaknya dijalankan secara baik untuk dapat mewujudkan keadilan, mencapai kebahagiaan dan kebenaran sejati.
Dan baik buruk dari (karma) itu sendiri pada nantinya juga akan dapat memberikan akibat yang besar terhadap kebahagiaan atau penderitaan hidup manusia.
Dharma diajarkan sebagai salah satu bagian dari Catur Purusha Artha dalam tujuan hidup umat Hindu Dharma di Bali dengan empat pilar pelaksanaanya yang disebut dengan Catur Dharma agar dapat dilaksanakan baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk umum.
Terkadang sebuah dharma kebaikan dalam hidup ini dijalankan;
"Ibaratnya seperti kita menanam padi, kadang rumput pun ikut tumbuh, tapi saat kita menanam rumput tidak akan pernah tumbuh padi".
Begitupun dalam melakukan kebaikan, kadang² hal yg buruk pun turut menyertai.
Tapi saat melakukan keburukan, tidak akan ada kebaikan bersamanya.
Sebagaimana dalam Babad Bali sebagai bagian dari Catur Purusha Artha, melaksanakan dharma juga nerupakan kebenaran absolut yang mengarahkan manusia untuk dapat memiliki budi pekerti yang luhur sesuai dengan ajaran agama yang menjadi dasar hidup.
Dharma itulah yang mengatur dan menjamin kebenaran hidup manusia. Keutamaan dharma sesungguhnya merupakan- sumber datangnya kebahagiaan,
- memberikan keteguhan budi, dan
- menjadi dasar dan jiwa dari segala usaha tingkah laku manusia.
Pada zaman dahulu, dalam pencetusan konsep Lalita Hita Karana di Bali disebutkan bahwa :
Sebaliknya acara dharma atau tradisi keagamaan tanpa dikontrol oleh Satya Dharma tidak mustahil acara Dharma bisa menyimpang jauh dari inti kebenaran itu sendiri.
- Kebenaran sejati yang terkandung dalam weda tidak akan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari kalau kebenaran sejati itu tidak diterapkan menjadi,
- acara dharma, atau
- penerapan kebenaran agama dalam tradisi kehidupan sehari-hari,
- sehingga merupakan bagian yang integral dalam diri manusia dan masyarakat. Tanpa acara Dharma kebenaran sejati yang disebut Sanatana Dharma atau Satya Dharma tidak akan memberikan arah yang jelas pada kehidupan manusia dan masyarakat.
- api spiritual agama,
- sedangkan acara dharma sebagai asap dan abunya.
Sebaliknya acara dharma atau tradisi keagamaan tanpa dikontrol oleh Satya Dharma tidak mustahil acara Dharma bisa menyimpang jauh dari inti kebenaran itu sendiri.
Satya Dharma merupakan kebenaran mutlak yang dijadikan dasar hidup dan pola pikir orang Hindu. Pola pikir dan landasan hidup tersebut adalah penyerahan diri secara total terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Penyerahan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa merupakan yadnya tertinggi.
Menurut filsafat Hindu Tuhan dalam menciptakan alam semesta ini melalui yadnya atau pengorbanan. Yadnya tersebut dilaksanakan oleh Beliau,
- untuk Beliau dengan diri Beliau,
- sebagai Sarana Yadnya.
Moksa bagi masyarakat awam kadang-kadang sangat dibesar-besarkan sehingga barang siapa yang mendengar kata moksa sudah terlintas dalam pikirannya suatu usaha yang tidak mungkin dicapai dewasa ini. Benarkah pandangan itu?.
Kalau hal itu dianggap benar,
- jadilah kita benda mati yang tak pernah ada kegiatan.
- Karena kita sudah menyerah sebelum berbuat.
- Apa gunanya kita hidup sebagai manusia yang dilahirkan semata-mata untuk memperbaiki diri untuk mencapai kesempurnaan.
Perjalanan Hinduisme dari negeri asalnya sampai ketempat-tempat tertentu diseantero dunia ini diumpamakan sebuah bola salju yang menggelinding mengikuti alur lintasannya.
Dalam perjalanannya bersentuhan dengan tradisi-tradisi setempat. Disamping tempat (desa) dalam perjalannya melintasi waktu (kala) yang juga memberikan pengaruh.
Kalau dalam perjalanannya pada ruang dan waktu tadi Hinduisme tidak dikontrol dengan cermat oleh Satya Dharma tidak mustahil pengaruh ruang dan waktu dapat bersifat sebagai abu dan asap yang bisa memudarkan api spiritual Hinduisme itu sendiri.
Abu dan asap yang menutup api spiritual bisa berupa kepentingan ego pada setiap orang yang berkuasa pada saat itu, karena mereka sendiri sudah diperbudak oleh ego, sehingga mereka diliputi kegelapan, tidak dapat melihat lagi kebenaran abadi.
Mereka terbelenggu oleh,
- nafsu, dan
- ego
- Kama, dan
- ahamkara yaitu alam pikiran yang merupakan alat untuk dapat merasakan berpikir dan berbuat sebagai pengembangan dari budhi yang sudah begitu lekat menutupi diri sejati setiap orang sehingga api spiritualnya tidak terlihat sinar terangnya.
Akibat dari kenyataan ini maka sistem warna tidak berfungsi lagi.
Seseorang menyebut diri seorang Brahmana namun tingkah polahnya,
- seperti seorang Wesya, Kesatrya, atau Sudra,
- seorang yang menyebut diri seorang Kesatrya, tingkah polahnya sebagai Wesya atau Sudra,
- demikian sebaliknya.
- harus disibukkan membimbing umat ke jalan dharma memberikan pelayanan terhadap Yang Maha Kuasa,
- tekun melaksanakan sadhana agar bisa manunggal dengan Tuhan Sang Pencipta,
- disibukkan dengan kegiatan menjual sarana upacara yadnya, dengan dalih meringankan umat, nenerapkan upacara secara kaku bahkan cenderung berlebihan dengan harapan mendapatkan kewibawaan lahiriah.
- Demikian juga sebaliknya untuk mendapatkan status sosial yang lebih tinggi di masyarakat dan tergiur dengan perolehan materi,
- Siapakah disini yang dibohongi?.
- Tidakkah mereka ini membohongi dirinya?.
Apa yang dikhawatirkan oleh pendahulu kita melalui cerita,
- Ni Diah Tantri,
- Sang Cangak menjadi pendeta hanya sekedar mencari isi perut,
- Begawan Darma Swami, seorang Begawan sibuk menjual kayu bakar, sehingga mereka celaka oleh dirinya sendiri.
- apabila seseorang berbuat diluar Satya Dharma hanya sekedar memenuhi panggilan nafsu dan egonya.
- apabila mereka yang dijadikan panutan dalam penerapan Satya Dharma tegelincir dari Satya Dharma, yang pada gilirannya berapa banyak umat ikut tergelicir dari Satya Dharma dan terbelenggu oleh pengaruh maya.
Di lain pihak adanya pandangan keliru tentang bakti. Bakti yang terbesar dan mulia adalah bakti atas diri sendiri. Namun masih banyak yang belum tahu hal ini.
Mereka memandang pengorbanan material wujud bakti yang tertinggi, bahkan timbul kebanggaan pada dirinya, merasakan dirinya lebih dari yang lain. Lebih disesalkan lagi mereka melaksanakan yadnya dengan harapan apa yang diinginkan agar dikabulkan oleh Tuhan. Dia berkaul (mesaudan), agar apa yang diharapkan tercapai. “Mesaudan” bahasa Bali berasal dari kata me-saud-an.
Saud artinya salah langkah.
Kalau seseorang menganyam sesuatu, apabila salah satu anyamannya keliru langkahnya disebut saud dalam arti salah. Setiap orang tahu bahwa saud artinya salah namun,
Dalam Bhagawad Gita berulang-ulang dinyatakan bekerjalah tanpa harapan. Sepintas kelihatannya sangat tidak masuk akal, karena dalam kehidupan sehari-hari setiap usaha selalu dilandasi tujuan dan harapan. Tanpa harapan disini dimaksudkan hendaklah setiap usaha yang kita lakukan tidak dibelenggu oleh harapan dan keinginan.
- mengapa banyak orang melakukan?. Bukankah berarti kita sengaja berbuat salah.
- Tidakkah ini merupakan kebodohan yang tidak perlu terjadi?. Setiap orang tahu keberhasilan tak kunjung tiba tanpa didasari usaha yang keras.
Dalam Bhagawad Gita berulang-ulang dinyatakan bekerjalah tanpa harapan. Sepintas kelihatannya sangat tidak masuk akal, karena dalam kehidupan sehari-hari setiap usaha selalu dilandasi tujuan dan harapan. Tanpa harapan disini dimaksudkan hendaklah setiap usaha yang kita lakukan tidak dibelenggu oleh harapan dan keinginan.
- Tujuan, dan
- harapan
Kalau usaha atau kegiatan dibelenggu oleh harapan, apabila ternyata tidak sesuai harapannya dengan hasil yang diperoleh akan menimbulkan kekecewaan.
Bukankah ini berarti menyiksa diri? Dalam kelahiran ini kita berkewajiban memperbaiki diri dari hidup sebelumnya. Menebus dosa-dosa yang pernah kita perbuat, melalui pelayanan terhadap Tuhan dan berbuat baik dengan sesama yang berarti juga pelayanan terhadap Tuhan.
Bukankah ini berarti menyiksa diri? Dalam kelahiran ini kita berkewajiban memperbaiki diri dari hidup sebelumnya. Menebus dosa-dosa yang pernah kita perbuat, melalui pelayanan terhadap Tuhan dan berbuat baik dengan sesama yang berarti juga pelayanan terhadap Tuhan.
Masalah hasil,
- baik, atau
- buruk
Acara Dharma merupakan alat dalam penerapan Satya Dharma untuk mencapai tujuan agama sekaligus tujuan hidup yaitu moksa. Moksa merupakan tujuan hidup setiap orang pemeluk agama Hindu.
Menjalankan Dharma, seperti yang dikutip dari Catur Sadhana : Sesarining Dharma (Intisari Dharma) (ref),
- Tidak hanya ngayah dan sembahyang ke pura sebagai jalan dharma,
- tidak hanya meditasi adalah jalan dharma,
- Burung-burung bekerja giat mencari makan untuk anak-anaknya,
- monyet-monyet bekerja giat mencari kutu dan membersihkan bulu anak-anaknya.
Semua dilakukan,
- tanpa keluhan,
- tanpa protes.
- menjadi guru,
- pegawai,
- orang tua,
- gubernur,
- Pejabat Pemerintah (Guru Wisesa)
- dll
- welas asih, dan
- kebaikan,
***