Welas Asih adalah kemampuan dan kepekaan untuk dapat memberikan kebahagiaan atau membantu menemukan kebahagiaan kepada orang lain ataupun setiap mahluk hidup di alam ini.
Dimana dalam Hindu Dharma disebutkan dilambangkan dengan Porosan Silih Asih yang bermakna setiap persembahan harus dilandasi oleh hati yang welas asih serta tulus kehadapan Sang Hyang Widhi.
Dan selalulah ingat, setiap kali ada yang memerlukan bantuan kita atau mungkin kita bisa membuat mereka sedikit lebih bahagia atau senang, segeralah lakukan kebaikan itu.
Katakan ke diri sendiri bahwa kesempatan membantu itu sedikit, jarang kita bisa memilikinya, jadi lakukanlah.
Seperti sikap welas asih yang dimiliki Dewa Siwa dan Raja Sibi dalam kisah Mahabharata sebagaimana diceritakan,
- Dalam kisah pencarian tirta amerta oleh para dewa dan raksasa di Gunung Himalaya. Saat proses mengaduk samudera sedang berlangsung, tanpa diduga keluar racun kalakuta dari dasar samudera yang dapat membunuh semuam ahluk, bahkan para dewa dan ashura - pun tidak akan selamat.
- Dengan penuh welas asih, tanpa ragu Dewa Shiva mengambil dan menelan racun tersebut, untuk menyelamatkan semua mahluk. Racun masuk kerongkongan beliau dengan sangat panas luar biasa yang tidak tertahankan dan tetap demikian untuk selamanya.
- Akibatnya leher Dewa Shiva pun berubah warna menjadi biru. Inilah ajaran rahasia, welas asih dan kebaikan Dewa Shiva, penderitaan hebat diterimanya dengan senyuman demi menyelamatkan semua mahluk di alam semesta ini.
Begitupun dengan Raja Sibi, dahulu kala demi menyelamatkan seekor burung elang yang kelaparan, Raja Sibi pun akhirnya rela memberikan miliknya dengan iklas.
Pada suatu hari datanglah seekor burung kapotha (burung merpati) minta tolong kepada Raja Sibi, karena dia akan dimakan oleh burung elang. Raja Sibi kemudian melindungi si burung merpati. Tapi burung elang protes, karena kalau dia tidak makan si burung merpati dia akan mati kelaparan. Karena sifat welas asihnya yang tidak terhingga dan tidak memilih - milih, kemudian Raja Sibi pun rela memotong dan mengiris - iris dagingnya sendiri sebagai pengganti makanan kepada burung elang. Tubuhnya sendiri pun dijadikan yadnya demi kebahagiaan semua mahluk.
Mekar sempurnanya sifat penuh welas asih dan kebaikan (dayadhvam) ini kepada semua mahluk merupakan pertanda kesadaran atman yang telah penuh. Seperti halnya juga seorang jivan - mukta atau orang yang sudah moksha yang secara konstan selalu terserap ke dalam samadhi, selalu terserap ke dalam atman yang mahasuci. Artinya;
- apapun yang terjadi dalam kehidupan, siapapun yang dia jumpai, dia selalu tersenyum damai dalam bathin yang tenang - seimbang dan tidak berubah
- upeksha; ("sifat dan sikap suka menghargai orang lain"; Catur Paramita) dan bebas dari enam kegelapan bathin [citta suddhi],
- serta sikap dan tindakannya selalu didorong oleh rasa welas asih dan kebaikan tanpa syarat yang tidak terbatas kepada semua mahluk di alam ini.
***