Manacika

Manacika (manah; manas; manaso; idep) adalah pikiran yang bersih dan suci sebagai bagian dari Tri Kaya Parisudha yang dalam kutipan mantram puja tri sandhya bait 6, pikiran ini disebutkan dibersihkan dan disucikan dengan mantra berikut :
Om .....
ksàntavyo mànaso dosah
Artinya : Ya Tuhan, ampunilah dosa pikiran hamba ini.
Dan pikiran yang terkonsentrasi atau terpusat dengan baik maka semua indria pun nantinya akan menjadi baik.

Manas yang berada dalam otak manusia untuk berfikir itulah disebutkan sebagai Rajendriya, yaitu raja dari semua indriya.
Dan pikiran ibaratnya sebagai tali kendali kuda (pancaindria) yang menarik kereta (tubuh), dan kusir (kecerdasan) adalah pemegang tali kendali, dimana dalam Dewatanisasi Insani dikatakan bahwa :
Ketika anda sudah berhasil mengendalikan pikiran, maka anda akan memiliki kendali atas tubuh anda.
Tubuh ibaratnya hanyalah bayangan dari pikiran.
Ia hanyalah konstruksi yang dibuat oleh pikiran untuk mengekspresikan dirinya.
Tubuh akan menjadi budak anda ketika anda sudah berhasil menaklukkan pikiran.
Dalam kehidupan manusia di dunia ini, dalam beberapa materi pelajaran pendidikan agama hindu kelas XI juga disebutkan bahwa pikiran paling menentukan kualitas prilaku manusia 
  • Pikiranlah yang mengatur gerak sepuluh dasa indria
  • sehingga pikiran sering disebut Rajendria. 
    • Kalau raja ini tidak baik maka indria pun akan tampil tidak baik. 
    • Oleh karena itu kuatkanlah pikiran agar pikiran tersebut dapat mengatur laku indria dengan baik. 
Juga sucikanlah pikiran dengan satya, seperti diuraikan dalam kitab Manawa Dharmasastra, V.109 sebagai berikut: 
  • “Adbhirgatrani çuddhyanti manah satyena çuddhyati,widyatapobhyam bhutatma budhir jnanena cuddhyati“. (Manawa Dharmasastra, V109)   
  • Artinya: 
    • Tubuh dibersihkan dengan air, 
    • pikiran disucikan dengan kebenaran, 
    • jiwa manusia dengan pelajaran suci dan tapa brata, kecerdasan dengan pengetahuan yang benar. 
Demikianlah pada hakekatnya pikiran tersebut selalu dijaga kesuciannya dengan satya/kebenaran/kejujuran. Di dalam kitab Sarasamuscaya, 73-74 juga disebutkan:
  • Hana karmapatha ngaranya kahrtaningindriya, sapuluh kwehnya,ulahakèna, kramanya, prawrttyaning manah sakarèng, tèlu kwehnya,ulahaning wàk, pat prawrttyaning käya, tèlu, pnda, sapuluh, prawrttyaning káya, wak, manah kengèta.  
  • Artinya:  karmapatha namanya, yaitu 
    • pengendalian hawa nafsu, sepuluh banyaknya yang patut dilaksanakan; 
    • perinciannya gerak pikiran, tiga banyaknya; 
    • perilaku perkataan, empat jumlahnya; 
    • gerak tindakan, tiga banyaknya; 
    • jadi  perbuatan yang timbul dari gerak badan, perkataan dan pikiran itulah patut diperhatikan .
Pikiran yang masih suci tanpa dicemari oleh hawa nafsu disebut citta, dan setelah dicemari oleh hawa nafsu disebut manah. 

Karena itu proses penyucian pikiran disebut “manacika parisudha” yaitu:
  1. Tidak menginginkan dan tidak dengki terhadap milik orang lain 
    • Perbuatan dengki ini dapat menimbulkan kecendrungan yang negatif, seperti rasa ini. Hidup dalam keadaan ini akan membuat kita menderita. 
    • Sifat keinginan dan dengki ini timbul karena kurang tumbuhnya rasa kasih sayang terhadap sesama. 
    • Pikiran akan menjadi suci (ning) bila tidak menginginkan milik orang lain serta tidak membenci milik orang lain.
  2. Tidak berpikir buruk terhadap orang lain dan kepada semua makhluk.Semua makhluk hidup berasal dan atma yang sama yaitu Ida SangHyang Widhi
    • Beliau mentakdirkan ada makhluk yang bernasib baik danada yang bernasib buruk sesuai dan karmanya masingmasing. 
    • Orang yang hidup sehat dan berumur panjang salah satu penyebabnya karena ia menumbuhkan rasa cinta kasih pada semua makhluk. 
  3. Tidak mengingkari hukum karmaphala.
    • Hal ini sangat penting untuk dipahami dan dihayati, siapa yang berbuat baik akan mendapat pahala yang baik dan siapa yang berbuat buruk sudah dapat dipastikan akan mendapatkan hasil yang buruk. 
    • Harus kita yakini benar kesungguhan hukum Tuhan tersebut. 
      • Meskipun kita melihat orang berbuat buruk pada saat ini dan kenyataannya ia bernasib baik, itu pun karena hukum karma phala juga. 
        • Nasib baik yang ia terima saat ini,
        • pasti karena perbuatan baik sebelumnya yang ia lakukan. 
      • Sedangkan perbuatan buruk yang dilakukan saat ini sudah pasti akibatnya akan diterima kelak atau entah kapan. 
      • Orang yang selalu berusaha mengedalikan pikiran dan diarahkan pada niat suci akan jarang mendapat persoalan sulit dalam kehidupannya di masyarakat.  
***