Manas

Manas; "Manah" (yang dalam bahasa sansekertanya disebut dengan mano) adalah istilah untuk pikiran sebagai alat tubuh antah karana yang memiliki penghayatan.
Dalam meditasi, manas itulah disebutkan sebagai Rajendriya, yaitu raja dari semua indriya.
Dan pikiran ibaratnya sebagai tali kendali kuda (pancaindria) yang menarik kereta (tubuh), dan kusir (kecerdasan) adalah pemegang tali kendali;
Dan pikiran yang kuat & hening itu disebut “Asakta Manah” dan itulah disebutkan akan dapat mencapai Karunia Tuhan untuk dapat mengendalikan pikiran.

Ketika anda sudah berhasil mengendalikan pikiran, maka anda akan memiliki kendali atas tubuh anda.
Sehingga dengan demikian pikiran yang bersih dan suci akan dapat terpusat dengan baik maka semua indria pun nantinya akan menjadi baik.
Dalam hubungannya dengan pikiran, logika dan Taittriya Upanisad dijelaskan :
Mano va va vacoco byuyah, yatha vai dve vamalake dve va kole dvau vaksau mustir anubhavati, evam vacam ca mana ca mano’ nubhavati, sa yada manasa manasyati; mantran adhiyiyeti, athadhite, karmani kurviyeti, atha kurute, putrams ca pasumsceccheyeti,athecchate, imam ca lokam, amum ceccheyeti, athecchate; mano hy atna, mano hi lokah, mano hi brahma; mana (Taittiriya Upanisad III.4.1)
Artinya:
Manah (pikiran) bisa dipastikan lebih besar dari wicara. Seperti pula tangan yang dikepalkan menggenggam dua biji buah amalaka atau dua buah biji kola atau dua biji buah aksa, demikian pula manah menggenggam wicara dan kehendak sebab bila seseorang melalui manah mempunyai kehendak untuk mempelajari kidung suci, kemudian dia akan mempelajarinya. 
Bila dia mempunyai manah untuk menjalankan pekerjaan suci, kemudian dia akan mengerjakannya, jika ia punya manah untuk mendapat keturunan dan ternak, kemudian dia akan menginginkannya.
Jika ia mempunyai manah untuk menginginkan dunia ini, maka ia akan menginginkannya.
Manah sebenarnya adalah atma. manah sebenarnya adalah dunia, manah adalah Brahman semadilah terhadap manah. 
 Dari terjemahan diatas dapat diketahui bahwa manah adalah alat tubuh yang dalam (antah karana) yang memiliki penghayatan.
Dia mempunyai untuk tugas-tugasnya, ketetapan, putusan pilihan. Ini dikatakan atma sebab atma mempunyai sifat sebagai yang berbuat dan penikmat ketika manah menjalankan tugasnya. 
Lebih lanjut dikatakan apapun yang dipikirkan kemungkinan besar akan terjadi, seperti bila dia mempunyai manah untuk menjalankan pekerjaan suci, kemudian dia akan mengerjakannya, jika ia punya manah untuk mendapat keturunan dan ternak, kemudian dia akan menginginkannya. 
Jika ia mempunyai manah untuk menginginkan dunia ini, maka ia akan menginginkannya. 
Tidak ada hal yang tidak bisa digapai oleh kekuatan pikiran seseorang sehingga pikiran diidentikkan dengan tuhan dalam wujud atma oleh Taittriya Upanisad ini. 
Jika dilihat dengan seksama ada suatu benang merah antara pandangan tentang pikiran zaman modern dengan pandangan tentang pikiran zaman Upanisad. Kesamaan ini tentu bukan satu hal yang bisa dianggao sebuah kebetulan semata.
Sa yo mano brahmety upaste, yavan manaso gatam, tatrasya yatha kama-caro bhavati yo mano brahmety upaste; asti bhagavah, manaso bhuya iti; manaso va va bhuyo’ stiti; tan me, bhagavan, bbravitv (Taittiriya Upanisad III.4.2)
Artinya:
Dia yang semadi kepada manah sebagai Brahman akan menjadi terbebas sepanjang manh mencapainya, dia yang semadi atas manah kepada Brahman, ‘adalah junjunganku, yang lebih besar dari manah’ memang ada sesuatu yang lebih besar dari manah’. ‘Mohon ajarkan kepada hamba’.
Dalam sloka diatas dapat kita lihat seberapapun hebatnya kekuatan pikiran tersebut masih ada yang lebih hebat lagi yakni keinginan yang disebut dengan Samkalpa. 
Sesuatu itu tidak hanya cukup dipikirkan semata-mata tetapi perlu diinginkan juga. 
Dengan keinginan kita baik sengaja ataupun tidak akan berusaha membuka peluang-peluang untuk menikmati dan mengerjakan apa yang kita inginkan. 
Jika benar demikian hal ini akan sejalan dengan pandangan dalam buku modern The Secret. 
Tergantung seberapa konsisten kita menginginkan sesuatu dan menarik keinginan kita untuk datang mendekati kita.
Dan pada umumnya indriya-indriya itu bersifat ingin mencapai kepuasan. Adapun sumber kepuasan indriya itu dinamakan Wisaya dan berasal dari alam lingkungan sekitarnya kemudian indriya menyampaikan kepada manas;
Proses ini berlangsung amatlah cepat sekali, tetapi ada kalanya lambat yang semua ini tergantung daripada jenis tanggapan dan pengamatan masing-masing. 
***