Jika budhi (kesadaran) menguasai manah (pikiran), dan manah menguasai indria. Sehingga, jika tercapai kesadaran diri, maka indria akan dapat dikendalikan.,''.
Dan hendaknya disebutkan pikiran yang berisi ilmu suci dan ilmu itu diamalkan dalam praktek kehidupan.
Asakta Manah atau pikiran yang hening itulah akan dapat mencapai karunia Tuhan. Kuatnya pikiran menguasai indria atau nafsu dan pikiran itu dicerahkan oleh kesadaran Budhi.
Kondisi diri yang demikian itulah yang akan dapat menyalurkan kesucian Atman. Karena itu, Asakta Manah harus disertai dengan sikap “Madawasraya”.
Artinya penyerahan diri pada Tuhan.
Berserah diri itu bukanlah kemalasan. Tetapi melakukan Swadharma berdasarkan Jnyana yang diwujudkan dalam Karma sebagai wujud Bhakti pada Tuhan.
Dalam Bhagavagità, XVIII.49 disebutkan dalam tantangan dan hambatan mencapai moksa :
“Asakta-buddhiá sarvatra jitàtmà vigata-spåhaá, naiûkarmya-siddhiý paramàý sannyàsenàdhigacchati”.
Artinya :
“Orang yang kecerdasannya tidak terikat di mana saja, telah menguasai dirinya dan melepaskan keinginannya, dengan penyangkalan ia mencapai tingkat tertinggi dari kebebasan akan kegiatan kerja.
***