Budhi

Budhi (istilah noun feminine dalam bahasa Sansekerta) berarti kecerdasan, pengertian, pemikiran, pengetahuan, dan kebijaksanaan yang dalam lontar lontar Siwa Tattwa Bagian I disebutkan, 
  • Kata Budhi berasal dari akar kata kerja Budh, dengan makna; 
    • mengetahui, 
    • berpikir 
    • dan memahami. 
  • Dalam pengembangannya disebutkan :
    • Budi Pekerti yaitu perbuatan atau tingkah laku sengaja dengan sadar yang dilakukan dilandasi oleh akal sehat dan hati nurani.
    • Dan Balas Budi sebagai suatu perbuatan indah dan yang paling mengharukan.
Budhi merupakan alam pikiran yang tertinggi pada diri manusia yang berfungsi untuk mengklasifikasi dan menentukan segala keputusan. Budhi bersifat Sattwam, maka itu segala yang diputuskan akan bersifat baik dan bijaksana
  • Untuk dapat selalu memiliki pikiran yang baik dan kebijakan 
  • hendaklah seseorang meningkatkan nilai kesucian dari Budhi, 
    • Sebab Budhi merupakan sumber moral yang baik. 
    • Seseorang yang selalu bertindak atas keputusan Budhiya itulah orang yang bijaksana.
Dalam perkembangan selanjutnya dari Budhi muncullah Ahamkara untuk dapat merasakan berpikir dan berbuat, khususnya Ahamkara Bhutadi yang merupakan bagian dari alam pikiran yang bersifat Tamas dan berfungsi untuk menumbuh kembang kan unsur-unsur jasmani yang terdiri dari Panca Tanmatra dan Panca Mahabhuta.

Untuk mengetahui hubungan antara Budhi, Ahamkara, Manas, dan Indriya yang dalam terjemahan sloka sudarshana Devi, 33, hal 48-49 disebutka artinya:
  • Dari budhi timbullah Ahamkara, ada tiga macam yaitu Satwika, Rajasa, dan Tamasa. Bedanya ialah 
    • Ahamkara si Waikerta bersifat Satwika, 
    • Ahamkara si Taijasa bersifat Rajas,
    • dan Ahamkara si Bhutadi bersifat Tamah.
Dari Ahamkara si Waikerta timbullah Manas dan Dasendriya, yakni Srotendriya, Twak indriya, Caksuindriya, Jihwendriya, Panindriya, Padendriya, Payuindriya, dan Upastendriya. Dari Ahamkara si Bhutadi timbullah Panca Tan Matra.
Sedangkan Ahamkara si Taijassa itu membantu aktivitas Ahamkara si Waikerta dan si Bhutadi tersebut karena bersifat dinamis.
Indriya membantu Antahkarana untuk mengetahui dunia luar, apa yang disadap oleh indriya disampaikan kepada Manas, Ahamkara dan kemudian diolah oleh Budhi. Indriya dalam tubuh manusia berjumlah sepuluh yang disebut Daseindriya, yang terdiri dari : 
  • Panca Budhi Indriya, lima rangsangan indria.
  • dan Panca Karmendriya, lima penggerak.
Pada umumnya indriya-indriya itu bersifat ingin mencapai kepuasan. Adapun sumber kepuasan indriya itu dinamakan Wisaya dan berasal dari alam lingkungan sekitarnya, obyeknya ada yang berwujud nyata dan abstrak. 

Obyek-obyek indriya atau Wisaya itu mula-mula memberi perangsang kepada alat-alat indriya  kemudian indriya menyampaikan kepada Manas, Ahamkara dan akhirnya diolah dan diberi keputusan Budhi.
Setelah mendapat keputusan dari Budhi maka keputusan itu dikirim kembali melalui Ahamkara, Manas, dan Indriya, sehingga Indriya dapat menikmati nilai daripada Wisaya atau obyek itu sebagaimana mestinya.  
Proses ini berlangsung amatlah cepat sekali, tetapi ada kalanya lambat yang semua ini tergantung daripada jenis tanggapan dan pengamatan masing-masing.

Dalam mengambil dan merealisasikan putusan itu, yang memegang peranan penting adalah Budhi, Ahamkara dan Manas, tetapi tidak terlepas dari pengaruh Tri Guna yang menyebabkan adanya perbedaan kualitas penilaian tentang sesuatu dari budhi pekerti setiap orang.

Buddhi dalam sekilas tentang Atman yang Lekat pada Kemoksaan… juga disebutkan dibagi menjadi empat dengan pahalanya:
  1. Dharma buddi atau Buddhi Dharma,
    • perbuatan mulya, tapa, yadnya, dana punia, yoga, meninggalkan keluarga hidup dari sedekah
    • Pahala dari dharma buddhi yaitu ketika dharma lahir dari budhi maka orang mencapai surga dan bersenang-senang disana, IA menjadi dewa dan mendapatkan kekuatan lainnya.
  2. Jnana Buddhi,
    • pengindraan langsung, menarik kesimpulan, ajaran-ajaran agama dari orang yg telah mempelajarinya. 
    • Pahala dari Jnana budhi yaitu melalui pengetahuan yang benar orang akan mencapai empat kekuatan dan mencapai moksah.
  3. Vairagya Buddhi 
    • ketidak terikatan terhadap kesenangan, baik yang dilihat, didengar pada badan yang sehat. 
    • Pahala dari Vairagya buddhi yaitu mereka akan mencapai prakertiloka (dunia material) dan mengalami kesenangan seperti orang tidur dan setelah lama akan lahir sebagai dewayoni.
  4. Aiswarya Buddhi,
    • keseimbangan dalam kesenangan bhoga (makanan) kesenangan kecil, upabhoga (kesenangan sandang), paribhoga (memiliki istri) dengan asiwarya orang menikmati kesenangan tanpa gangguan. Dengan anima dan kekuatan lain orang lahir menjadi dewa sebagai pahala aiswarya .
Demikian juga halnya dalam penggunaan senteng sebagai simbol pengikat panca budhi indria dan panca karmen indria dalam tubuh kita disebutkan bahwa, 
Hendaknyalah senteng ini digunakan saat kita sedang melakukan puja dan puji terhadap Tuhan dan memasuki sebuah tempat suci.
Dalam mantra Agama Hindu sembahyang Hindu atau doa Agama Hindu, Buddhi atau akal budi yang juga disebutkan merupakan kemampuan timbang menimbang, intuisi, intelek, kearifan, yang bisa mengendalikan pikiran, 
sehingga pikiran diharapkan mengendalikan panca indra, serta keputusan dan tindakan yang akan diambil juga dari pertimbangan akal budi, mempertimbangkan akibat baik buruknya di masa depan.
Karena selain Atma yang memang merupakan diri sejati, maka dari badan kita .. sebagai alat.. Buddhi lah yang paling halus atau paling tinggi (yang paling “dekat” dengan Atma, Cahaya Cemerlang yang sama).

Bila Mantra Gayatri diucapkan dengan aksen yang benar disebutkan pula bahwa lingkungan sekitarnya tampak diterangi oleh vibrasi yang ditimbulkan oleh mantra tersebut.
Om Bhur Bvah Svah
Tat Savitur Varenyam
Bhargo Devasya Dimahi
Diyoyonah Pracodayat
Artinya:
Ya Tuhan yang memenuhi seluruh alam semesta,
Engkaulah Tuhan yang kami sembah, asal semua ciptaan,
Kami bermeditasi ke arah Cahaya CemerlangMu,
Terangilah budhi kami. 

***