Senteng (slempot ataupun selendang) adalah secarik kain yang mengikat dan menutupi pungsed atau pinggang sebagai kelengkapan busana adat bali pada saat melakukan sembahyang, memasuki tempat suci dan upacara yadnya lainnya disebutkan asal usul lahirnya budaya
ini berasal dari para leluhur yang merupakan asal
muasal kita sebagai manusia yang semenjak masih janin dalam kandungan Ibu, manusia sudah terhubung dengan-Nya (ibu) yaitu melalui tali pusar (ari-ari).
Tali pusar, penghubung kehidupan dalam kandungan antara sang janin dengan sang ibu. Dalam penerapan keagamaan sehari-hari ‘mungkin’ ari-ari (tali pusar) ini disimbolkan menjadi selempot (senteng), karena selalu melekat menutupi tali pusar umat Hindu di Bali dalam setiap menghadap-Nya.
Selain sebagai pengikat panca budhi indria dan panca karmen indria, simbol mengekang sepuluh lobang yang ada dalam tubuh pada saat seseorang berkehendak melakukan puja dan puji terhadap Tuhan.
Walau seseorang memakai celana panjang, jika sudah memakai senteng/selempot akan diizinkan masuk ke pura. Senteng/selempot hanyalah sebuah simbol atau sebuah peraturan. Bukankah sebuah simbol mengandung makna tertentu dibalik simbol-simbol itu.
Sama dengan seseorang harus memiliki KTP, paspor, dan identitas lain sebagai simbol pengganti dari seseorang jika ingin mengetahui identitas lebih lengkap tentang dirinya. Demikian juga dengan senteng (selempot) yang mengandung makna sebagai penghubung kepada para leluhur warga, dan para leluhur akan membahasakan doa, maksud, dan upacara umat kepada Hyang Widhi.
Demikian disebutkan pengertian dari penggunaan senteng / slempot dalam komentar bangkitnya hindu, senteng sebagai kelengkapan busana ke pura atau melakukan persembahyangan.
***