Ari-Ari "tali pusar" atau plasenta yang menyertai kelahiran manusia, disebutkan adalah bagian dari kehidupan sang bayi yang merupakan personifikasi dari Sang Catur Sanak dan sebagai penghubung kehidupan dalam kandungan antara sang janin dengan sang ibu.
Dalam Hindu Dharma, tata pelaksanaan upacara bayi baru lahir, dimana prosesi berkaitan dengan ari-ari ini menjadi sangat penting yang memiliki beberapa tatanan dalam pelaksanaan upacaranya yaitu :
- Sebelum memulai menanam ari-ari, salah satunya disiapkan daun lontar ditulis aksara suci dasa bayu dengan huruf Bali atau huruf latin dengan tulisan “ Om, i, a, ka, sa, ma, ra, la, wa, ya, ung “.
- Dalam menanam ari-ari, salah satu pelaksanaannya disebutkan di bagian hulu dari ari-ari ditanam ditancapkan sebuah sanggah tutuan dihiasi dengan bunga merah, lengkap berisi sampian, gantung-gantungan, sebagai stana Sanghyang Maha Yoni, suguhkan segehan manca warna pada ari-ari sebanyak lima tanding antara lain :
- Segehan putih satu tanding menghadap ke timur
- Segehan abang satu tanding menghadap ke selatan
- Segehan kuning satu tanding menghadap ke barat
- Segehan ireng satu tanding menghadap ke utara
- Segehan brumbun satu danding ditengah-tengah menghadap ke timur.
Untuk menanam ari-ari ini sebagaimana disebutkan dalam upacara
jatakarma samskara diperlukan sebuah
kendi (periuk kecil) dengan tutupnya atau sebuah kelapa yang airnya
dibuang yang kemudian setelah ari-ari dibersihkan selanjutnya dimasukkan
ke dalam kendi lalu
ditutup.
Apabila dalam menanam ari - ari ini mempergunakan kelapa, kelapa itu terlebih dahulu dibelah menjadi dua bagian, selanjutnya ditutup kernbali.
Sehingga dari semenjak masih janin dalam kandungan Ibu, manusia sudah terhubung dengan-Nya (ibu) yaitu melalui tali pusar (ari-ari) yang sampai saat ini disimbolkan sebagai senteng dalam busana sembahyang sehari-hari.
Penempatan penanaman ari-ari juga berbeda antara laki-laki dan perempuan yang ditanam di samping pintu yang secara lengkap dalam pelaksanaan upacara menanam ari-ari dalam energi spiritual Bali disebutkan :
Apabila dalam menanam ari - ari ini mempergunakan kelapa, kelapa itu terlebih dahulu dibelah menjadi dua bagian, selanjutnya ditutup kernbali.
Perlu diingat sebelum kendi atau kelapa itu digunakan, pada bagian tutup kendi atau belahan kelapa bagian atas ditulisi dengan aksara OM KARA (OM) dan pada dasar alas kendi atau bagian bawah kelapa ditulisi aksara AH KARA (AH).
Sehingga dari semenjak masih janin dalam kandungan Ibu, manusia sudah terhubung dengan-Nya (ibu) yaitu melalui tali pusar (ari-ari) yang sampai saat ini disimbolkan sebagai senteng dalam busana sembahyang sehari-hari.
Penempatan penanaman ari-ari juga berbeda antara laki-laki dan perempuan yang ditanam di samping pintu yang secara lengkap dalam pelaksanaan upacara menanam ari-ari dalam energi spiritual Bali disebutkan :
- bila laki-laki disamping kanan,
- bila perempuan, ari-arinya ditanam disamping kiri
- (kiri kanan dilihat dari dalam rumah)
Dan puja kehadapan ibu pertiwi sebagai permanakluman dan ijin untuk menanam ari-ari dan senantiasa si bayi diberikan perlindungan diama dalam upacara manusa yadnya di Bali disebutkan puja mantranya yaitu :
Om Sang Hyang Ibu Pertiwi , meraga bayu amretha sanjiwani, ngamrethaning sarwa tumuwuh, puniki ari-arin nyane si jabang bayi, kaatur ring Ibu Perthiwi, wehana waranugraha ring si jabang bayi, mangda anutugaken tuwuh ipun, lah poma-poma-poma.
Setelah pengucapan sehe diatas baru dilakukan penanaman terhadap ari-ari tersebut dan ditimbun dengan tanah sebelumnya diisi bambu/buluh atau pipa, guna memasukan air nantinya keari-ari tersebut.
Setelah itu diatasnya ditindih dengan batu pipih dan ditanam pohon pandan wong, di kurung dengan sangkar ayam agar aman dari hewan lainnya. Untuk tempat sang catur sanak dibuatkan sanggah cucuk (sanggah segi tiga ) kalau dulu diatapnya dipakai lapisan kelopak bambo dan ijuk ditancapkan didepan tempat menanam ari-ari tadi.
***