Jadi,
Memiliki "pikayun sane becik" yang di Bali disebutkan berarti mereka yang selalu berpikir positif berdasarkan atas pertimbangan logika sehingga tahu persis tentang potensi diri untuk dapat merealisasikan apa yang telah diyakini.
Dalam Hindu Dharma di Bali disebutkan bahwa seseorang hendaknya selalu memiliki akal sehat karena :
- Akal sehat sebagai landasan dari Budi pekerti yang bermakna perbuatan tingkah laku yang baik dan benar atau perilaku yang mulia untuk menjaga hubungan yang harmonis antar sesama umat manusia, Tuhan beserta ciptaan-Nya seperti yang tersirat dalam Tri Hita Karana.
- Akal sehat menjadi tiang penyangga kebijaksanaan seseorang dalam menghadapi berbagai situasi dan masalah.
- Dan seseorang yang kehilangan akal sehatnya disebut dengan buduh yang bisa saja sebagai akibat dari tidak pernah tercapainya tujuan hidup.
Maka dari itu,
terkadang disebutkan diperlukan keseimbangan antara kemauan dan kemampuan yang dimiliki.
Saat akal sehat itu memudar, sejatinya kesadaran hidup pun akan hilang...
Di sinilah penderitaan, kehancuran-hidup itu dimulai...
Dan hanya akan ada pikiran-pikiran negatif...
Pemikiran-pemikiran buruk menguasai diri...
Melahirkan kemudian 'cara pandang keliru'...
Menghindari penderitaan berarti harus senantiasa sadar memelihara akal sehat yang hanya mengoptimalkan keseimbangan dalam manfaat...
'Persoalan-persoalan hidup' akan dapat dihadapi serta dilalui bila keadaan diri berada dalam satu-kesatuan yang utuh...
Bersinergi positif membangun nilai-nilai kebijaksanaan dalam bingkai Kebenaran sesuai titah Hyang Widhi...
Dan hidup akan senantiasa indah, tenang serta damai tatkala akal sehat terjaga melahirkan laku-laku yang berbudi;
Dan disinilah disebutkan kualitas manusia itu tercermin, ketika ia "dimuliakan oleh perbuatannya sendiri"
***