Pikiran

Pikiran adalah sumber dari segala apa yang dilakukan oleh seseorang.
Dan seseorang yang selalu berpikir ringan dan terang dikatakan bahwa itu ciri orang yang satyam dalam menjalankan buddhi dharma di dunia ini.
Sebab, apa saja yang terdapat dalam pikiran nantinya juga akan tercetus dalam kata – kata dan dalam perbuatannya sebagaimana yang tercermin dalam Tri Kaya Parisudha.
Oleh karenanya, "pikiran yang suci juga akan dapat menciptakan suasana spiritual yang mantap."
Ketika ada dualitas disana pikiran akan bekerja.
Maka disebutkan pergunakanlah pikiran itu pada tempatnya sehingga buah pemikiran itu tetap ada.
'"Tampaking kuntul anglayang"
Artinya :
Bagai jejak burung yang terbang, tak ada jejak hanya kilasan bayangan, namun burung nyata berpindah.
Demikian pula sebuah pengalaman yang suci akan dapat mempengaruhi sistem berpikir.
Sistem berpikir (thinking system) menjadi filter dua arah yang menterjemahkan berbagai kejadian dan pengalaman yang kita alami menjadi suatu kepercayaan (Believe System).
Pikiran manusia ibarat pemancar yang dapat menghasilkan getaran gelombang energi yang dipancarkan ke segala arah. 
Dan getaran energi ini akan direspon oleh kekuatan energi yang jauh lebih besar yaitu energi alam semesta. Energi alam semesta mengembalikan jauh lebih besar setiap gelombang energi yang kita pancarkan baik kepada kita ataupun kepada orang lain yang memiliki gelombang pikiran yang sama.
Maka dari itu disebutkan bahwa pikiran manusia dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :
  1. Pikiran sadar adalah segala sesuatu yang disadari oleh manusia pada saat-saat tertentu, penginderaan langsung, ingatan, pemikiran, fantasi dan perasaan yang dimiliki manusia. 
  2. Pikiran ambang sadar, yaitu segala sesuatu yang dengan mudah dipanggil ke pikiran sadar, seperti kenangan-kenangan yang walaupun tidak Anda ingat ketika Anda berfikir, tetapi dapat dengan mudah dipanggil lagi. 
  3. Pikiran bawah sadar (unconscious mind)
    • Bila kita sering berpikir negatif (Rajasa) maka aura tubuh yang menyelimuti kitapun menjadi negatif pula. Seperti contohnya berburuk sangka.
    • Dan bila kita selalu berpikir positif sattvik yaitu dengan penuh kebijaksanaan dan kedamaian, maka aura tubuh yang menyelimuti kita pun akan menjadi positif dan bercahaya suci.
Dalam ajaran wrhaspati tattwa sebagai jalan mencapai moksa disebutkan bahwa:
  • Pikiran sattvika yang sangat kuat tidak tercemar akan membuka jalan menuju moksa.
    • Atman mencapai moksa karena ia suci. 
    • Ialah yang menyebabkan terlaksananya ajaran agama dan ajaran para guru.
  • Bila pengaruh rajasa sangat kuat, pikiran hanya diliputi amarah (krodha) dan sebagainya. 
    • Hanya api yang muncul (Bait terakhir tidak jelas) Jika pikiran dipengaruhi oleh rajah, maka kekuatan amarahlah yang bekerja dalam melakukan perbuatan jahat. 
    • Hal inilah yang menyebabkan atman masuk neraka dan mendapat segala macam siksaan.
Baik buruk perbuatan seseorang merupakan pencerminan dari pikiran. Bila baik dan suci pikiran seseorang, maka sudah tentu perbuatan dan segala penampilan akan bersih dan baik. 
Apabila diperhatikan benar – benar tentang segala perbuatan manusia di dunia ini, semuanya berpangkal pada pikiran. 
Kini, kehidupan manusia dihadapkan dengan berbagai maslah dalam kesempatan hidupnya. Masalah – masalah itu akan bisa dihadapi, bila hati atau pikiran dapat dikendalikan terhadap hawa nafsu – hawa nafsu yang mempengaruhinya.
Pikiranlah yang merupakan pangkalnya perbuatan. Dari pikiran yang terkendali baik, akan menimbulkan perbuatan yang baik dan dari pemikiran yang buruk akan menimbulkan perbuatan yang tidak baik.
Ajaran Manacika Parisudha menuntun manusia untuk berpikir yang baik, berusaha menolong dirinya dengan mengendalikan pikirannya sebelum akan berkata – kata dan berbuat. 
Mereka yang kuat mengendalikan pikirannya sehingga tidak mengumbar hawa nafsunya akan lebih mudah mencapai cita – citanya. 
Mereka tidak banyak digoda atau diperbudak oleh hawa nafsunya. 
Demikian sebaliknya mereka yang kurang mampu mengendalikan hawa nafsunya sulit akan mencapai cita – citanya sebab itu diperbudak, pikirannya terbelenggu hingga lupa apa yang dilakukan. 

Dalam hubungan ini ada benarnya nasihat orang – orang tua kita yang sering berpesan
“ Pikirkan baik – baik terlebih dahulu sebelum akan berbuat
Jangan sampai keburu nafsu, sebab apa yang telah lewat
Sulit akan dikejar “.
Contoh lain dapat kita ambil dari cerita Arjuna Wiwaha, dimana Arjuna berhasil melaksanakan tapanya, karena pikirannya terkendali kuat, melawan berbagai macam godaan nafsu
Rasa marah atau Krodha yang sering dapat dirasakan oleh setiap orang. Berpangkal pada pikiran dan hal itu patut dikendalikan agar kita tidak sampai kehilangan rasa keseimbangan dalam diri. 
Apabila kita tidak kuat mengendalikan pikiran inilah kemudian yang dapat menimbulkan sakit, bingung, marah, benci, stress, gila, tidak ingin makan dan minum, tidur akibat pikirannya terganggu.

Demikian dijelaskan oleh Sanatana Dharma dalam pengertian Tri Kaya Parisudha sebagai bagian dari etika (susila agama Hindu).

Dan ucapan mantra sebagai susunan kata berpengaruh yang sakral juga akan dapat menghasilkan dampak tertentu bagi tubuh fisik dan pikiran ketika dilantunkan dengan penuh bhakti dan konsentrasi seperti halnya : 
  • Mantra Meditasi untuk ketenangan dan kedamaian pikiran.
  • Siwa Stawa untuk memohon penajaman pikiran dan kesucian lahir bathin.
  • OM Namah Shivaya berfungsi untuk membuat pikiran relax dan hati menjadi damai ketika anda sedang berjapa.
Dan ketajaman pikiran dan rasio (intelektual) bagi manusia dikatakan sangatlah penting untuk ditingkatkan dalam memenuhi kebutuhan duniawi, dan juga dapat dipakai sebagai unsur pembantu pada proses keagamaan agar tidak kehilangan arah atau pegangan yang benar.
***