Ketajaman pikiran

Ketajaman pikiran (manah) adalah salah satu filosofi yang terkandung dalam merayakan tumpek landep sebagai wujud atau simbol puji syukur kehadapan Sang Hyang Widhi yang telah memberikan pengetahuan dan kemampuan dalam hal kecerdasan.

Sebagai umat Hindu Dharma disebutkan bahwa kemampuan dan ketajaman rasio (intelektual) bagi manusia sangatlah penting untuk dapat ditingkatkan dalam memenuhi kebutuhan duniawi, dan juga nantinya dapat dipakai sebagai unsur pembantu pada proses keagamaan agar tidak kehilangan arah atau pegangan yang benar.
Oleh karena itu, kaum cendekiawan yang memiliki kemampuan dan ketajaman rasio, juga dituntut memiliki ilmu pengetahuan sejati tentang jiwa (spirit), agar tidak tenggelam dalam mengaruhi lautan kehidupan seperti kisah sarjana dan tukang sampan dalam cerita Hindu yang sebagaimana disebutkan :
    • Ketika kita bepergian melalui sungai / tukad yang lebar dan deras maka pengetahuan yang paling penting adalah bisa berenang, itu yang nomor satu. 
      • Bisa berenang lebih penting daripada pengetahuan yang lain-lainnya. 
      • Kalau tidak bisa berenang segala pengetahuan lainnya: filsafat, fisika, kimia, dan sebagainya tidak ada gunanya.
Demikian pula halnya dalam perjalanan hidup manusia akan melewati beragam suka dan duka ibaratnya menelusuri sungai yang deras,
penuh dengan gelombang kehidupan dan tidak dapat diramalkan dan kita harus tahu bagaimana caranya agar tetap di atas air dan bisa berenang. 
Untuk menyeberang dengan selamat kita harus mempunyai pengetahuan tentang atma (jiwa) dan kita harus mengembangkan kemampuan agar mengetahui apa yang berguna dan apa yang tidak berguna untuk menyeberangi sungai kehidupan duniawi. 
Bila kita tidak mengembangkan kemampuan dalam bidang ini maka tidak akan ada jalan bagi kita untuk sukses dalam hidup ini. 
Selama menjadikan kekayaan material (lahiriah) sebagai landasan dan tujuan hidup, manusia tidak akan pernah mendapatkan/menikmati kebahagiaan sejati.
Seperti halnya disebutkan dalam ajaran Acintya Bedhaabheda Tattva yang sebagaimana disiratkan bahwa :
Tuhan adalah sumber kebahagiaan sejati. Karena itulah, orang menjadi bahagia bila ia merasa dekat dengan Tuhan. Tuhan memiliki ketiga sifat utama itu tanpa batas.
Demikian pula halnya umat Hindu Dharma dalam memaknai perayaan Kuningan yang mengambil waktu pagi hari, ketika matahari mulai terbit.
Memang, pancaran kesucian atau situasi keheningan didapat pada waktu tersebut.
Pada saat itu dipasang hiasan ter atau panah (senjata). Panah itu sesungguhnya simbol ketajaman pikiran (manah) atau tingkat kualitas pikiran.
***