Sakral merupakan sesuatu hal yang dikeramatkan, disucikan, diagungkan oleh seseorang yang memberikan kepercayaan bahwa hal itu memiliki nilai-nilai magis religius dan bertujuan agar hidup kita ini direstuiNya dengan kesentosaan seperti halnya :
- Seni keagamaan yang menyertai setiap upacara yadnya di Bali;
- Disakralisasi oleh seorang Pemangku/Pinandita yang sepenuhnya mengikhlaskan hidupnya dengan mengabdikan dirinya kepada Tuhan, Ida Sanghyang Widhi Wasa seperti contohnya dalam pelaksanaan melaspas alit sanggah kemulan yang pelaksanaannya juga hendaknya berkaitan dengan ala ayuning dewasa / hari baik pedewasan.
- Sang Kalika Maya sebagai penjaga kesakralan setiap upacara yadnya yang dilaksanakan.
- Karena setiap tindakan tanpa didasari oleh pengetahuan adalah sesuatu yang sia-sia.
Dimana para dewa berkumpul yang bertujuan untuk mengingatkan umat Hindu melalui ritual sakral agar terus memelihara keharmonisan Tri Hita Karana yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia dan manusia dengan alam.
Maka dari itu, proses sakralisasi itu sangat penting dilakukan sehingga masyarakat penyungsungnya makin merasa dekat untuk mendapat kesucian serta kehidupan secara rohani.
Dimana seluruh sarana yang digunakan hendaknya disebutkan melalui pelaksanaan Upacara Pasupati sebagai permohonan untuk dapat menghidupkan atau menjiwai benda - benda sakral dengan menggunakan upacara pasupati untuk dapat memberi kekuatan magis pada benda - benda sakral seperti keberadaan sebuah arca pada sebuah tempat suci yaitu berupa patung / ukiran yang telah dipasupati dan memiliki roh - roh /atma suci, sebagai sthana para dewa, Sang Hyang Widhi dll.
Dalam kesakralan mantra disebutkan pula bahwa Agama Hindu di Bali dalam bentuk pengamalan ajaran agamanya dengan berbhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya dalam kehidupan keagamaannya diwajibkan untuk selalu dekat dan mendekatkan diri serta memuja Tuhan sebagai rasa bhakti dan ungkapan sujud karena penciptaan-Nya atas alam semesta beserta isinya diciptakan Tuhan dengan yadnya, maka dari itulah manusia wajib untuk menghaturkan yadnya pula sebagai rasa bhaktinya yang salah satunya yaitu dengan sembahyang atau sujud bhakti kepada Beliau.
Dalam pelaksanaan Panca Yadnya, yang juga dapat membuat kesakralan ini menyala terang dalam kesempurnaan yaitu kalau di dalam bathin dan dalam keseharian kita juga baik seperti halnya salah satunya dapat melaksanakan ajaran subha karma yang dapat menuntun manusia itu ke dalam hidup yang sempurna.
- Seikat padi terpilih sebagai simbol arca dalam jineng disebutkan, di samping bermakna sebagai simbol sakral ia juga memiliki nilai sebagai simbol material untuk dijadikan contoh oleh pada petani dalam mempertahankan dan mengembangkan kualitas produknya.
- Dalam konsep Hulu Teben, adanya bagian yang sangat sakral disebut sebagai “utama mandala”, bagian yang kurang sakral disebut sebagai “madya mandala” dan bagian yang tidak sakral disebut sebagai “nista mandala”.
- Sajen-sajen disucikan dan disakralkan terlebih dahulu melalui percikan tirtha pabersihan sebelum sajen-sajen ini dipergunakan untuk persembayangan.
- Susunan kata berpengaruh yang sakral dalam sebuah mantra juga akan dapat menghasilkan dampak tertentu bagi tubuh fisik dan pikiran ketika dilantunkan dengan penuh bhakti dan konsentrasi sehingga menghasilkan vibrasi energi spiritual.
***