Spiritual

Dalam salah satu Spiritual Indonesia disebutkan,
Orang yg kesadaran spiritualnya sudah tinggi (tercerahkan) 
biasanya tdk fanatik dan tidak menjelekkan kepercayaan orang lain. 
Apapun suku, agama dan ras orang itu!
Spiritual adalah inspirasi / spiritritual dalam rangkaian perayaan suci.

Vibrasi yang terpancar dalam spiritual tradisional Bali disebutkan yaitu dengan dilaksanakannya aktifitas keagamaan yang berfungsi untuk dapat mencapai keseimbangan (sthitaprajña) serta kesucian lahir dan bathin, dimana disebutkan :
  • Tri Murti yang mengandung dua konsep pembinaan kehidupan spiritual, yaitu :
  • Tri Kona sebagai pembinaan kehidupan spiritual seluruh umat manusia.
  • Dimana, Tri Murti sebagai Guna Awatara disebutkan berarti :
    • Tuhan-lah yang menjadi sumber pengendali tertinggi tiga dasar sifat manusia yang disebutkan dalam Tri Guna itu.
  • Vibrasi energi spiritual dari Tri Aksara, Tri Murti tersebut sebenarnya disebutkan sebagai bagian dari aksara wijaksara yang diyakini memiliki kekuatan kesucian dan spritual religius dari Sang Hyang Widhi Wasa dalam wujud kesuciannya sebagai Tri Murti dalam pembinaan kehidupan spiritual. 
  • Satya Dharma atau Sanatana Dharma menjadi api spiritual bagi umat Hindu dimana disebutkan para sulinggih sebagai guru spiritual untuk dapat memperdalam weda guna meningkatkan kesucian lahir bathin. 
  • Simbol suci Tilak yang sudah menjadi rahasia umum wajib bagi penekun spiritual Hindu yang ingin mantap dalam dunia kerohanian.
Sebagai kegiatan pendakian spiritual seseorang dalam melaksanakan Tapa Yadnya juga disebutkan sebagai upaya untuk dapat meningkatkan kualitas beragama dan oleh karena sesuatu itu juga perlu dibuktikan kebenarannya,
Maka di Bali biasanya terdapat sebuah tradisi kerauhan setelah upacara yadnya atau piodalan dilakukan;
Dan pada saat melakukan hal itulah para pepatih (sadeg) mengalami titik kulminasi spiritual tertinggi yang dalam keyakinan di Bali disebutkan bahwa :
Apa pun yang kita lakukan dengan pasrah (Dahsyam), berserah diri, bhakti dan ihklas kepada Sang Pencipta (Tuhan Yang Maha Esa),
Maka akan mendapat anugrah dan karunia.
Dan juga bagi orang Hindu dalam kemerdekaan spiritual, agama berpusat pada kesadaran dimana manusia juga akan menjadi suci dengan menyadari kesuciannya;
Keberadaan patung atau kuil atau buku disebutkan hanyalah sebagai pendukung yang membantu meningkatkan spiritualitasnya; tetapi ia juga harus maju dan dapat mengembangkan dirinya sendiri; 
Untuk nantinya dapat menentukan tercapainya moksa dimana lontar disebutkan sebagai sarana untuk dapat meningkatkan diri dalam hal kesucian bathin.
Kesucian bathin ini akan muncul manakala telah lenyapnya sifat-sifat negatif dalam diri. Dengan demikian barulah benih kesucian dapat disemaikan.
Hal ini juga divisualisasikan Banten Penyeneng dalam bentuk sarana yang disebut segawu tepung tawar sebagai lambang dari keseimbangan hidup manusia, terutama perwujudan rwa bhineda,
yang mana tetandingan bantennya dilengkapi dengan lis sebagai pembersih secara rohani sehingga umat manusia menjadi bersih secara lahir maupun batin.
***