Lontar juga disebutkan adalah salah satu bentuk naskah kuno (manuskrip) nusantara yang banyak ditemukan di pulau Bali.
Dimana kegiatan ngwacen teks lontar disebutkan berfungsi untuk dapat melenturkan pikiran.Teks sebagaimana disebutkan ditulis tangan pada helai-helai daun rontal (palm-leaf) dan juga terdapat prasi berbentuk gambar dan lukisan - lukisan, memiliki arti yang sangat penting dan strategis dalam hal,
- ilmu pengetahuan,
- sebagai sarana untuk untuk dapat meningkatkan diri dalam hal kesucian bathin.
- dan pengalaman hidup,
- seperti halnya disebutkan dalam kanda pat, semua pengalaman hidup di record oleh Sang Suratma, catatan subha dan asubha karma yang menjadi penilaian dan pertimbangan kesucian untuk nantinya dapat menentukan tercapainya moksa (bersatunya atman dengan brahman)
Di Bali, lontar pada umumnya sangat dikeramatkan sampai saat ini.
Karena lontar dengan segala isinya merupakan salah satu warisan kekayaan rohani orang Bali,.yang memiliki arti yang sangat penting dan strategis.Di dalam naskah lontar terekam hampir seluruh ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang pernah dimiliki orang Bali di masa lampau.
Dari ilmu tentang bagaimana cara seseorang memahami kehidupan, sampai cara memahami kematian. Dari,
- cara meramu obat-obatan,
- sampai cara menata alam,
- membangun keseimbangan mikrokosmos dan mikrokosmos.
- Dari hal-hal,
- yang sangat masuk akal,
- sampai pada hal-hal di luar jangkauan pikiran orang biasa.
- Dan dari hal-hal,
- yang sangat praktis,
- sampai pada yang sangat filosofis spekulatif.
Sebagai wujud warisan budaya,
lontar jelas-jelas menunjukkan adanya tradisi intelektual (keberaksaraan, keterpelajaran) yang dimiliki masyarakat Bali sejak zaman dulu.
Tradisi intelektual bagi sebuah masyarakat merupakan sesuatu yang sangat penting dan berharga.
Dengan tradisi tersebut peradaban manusia akan dapat dibangun lebih baik dan lebih maju. Oleh sebab itu lontar dengan berbagai tradisinya yang masih hidup di Bali (dari cara memroses daun lontar sebagai bahan tulis, sampai kepada mengapresiasi dan mengupas isi lontar dalam tradisi mabasan), perlu terus dilestarikan, dipelihara, dan bahkan dikembangkan sesuai dengan tuntutan kemajuan iptek dan zaman. Begitu kiraskira.
Lontar-lontar di Bali, secara kualitatif maupun kuantitatif memiliki nilai yang sangat berharga. Secara kuantitatif jumlah lontar yang ada di masyarakat diperkirakan mencapai sekitar 50 ribu cakep lontar. Jumlah tersebut belum termasuk yang tersimpan di perpustakaan-perpustakaan lontar, seperti :
Lontar-lontar di Bali, secara kualitatif maupun kuantitatif memiliki nilai yang sangat berharga. Secara kuantitatif jumlah lontar yang ada di masyarakat diperkirakan mencapai sekitar 50 ribu cakep lontar. Jumlah tersebut belum termasuk yang tersimpan di perpustakaan-perpustakaan lontar, seperti :
- Gedong Kirtya,
- Fakultas Sastra Unud,
- Balai Penelitian Bahasa,
- Universitas Hindu Indonesia),
- Universitas Dwijendra, Denpasar (50 cakep),
- Kantor Dokumentasi Budaya Bali).
Secara kualitatif lontar-lontar Bali banyak mengandung nilai-nilai yang sangat fungsional dalam masyarakat Bali, dan yang banyak juga manfaatnya bila nilai-nilai itu disumbangkan untuk kepentingan masyarakat bangsa Indonesia maupun dunia.
Berdasarkan atas klasifikasi isinya, lontar-lontar tersebut mengandung berbagai aspek. Th. Pigeaud (1967) misalnya membagi kepustakaan Bali menjadi empat bagian besar, yaitu:
- Religion and Ethics,
- History and Mythology,
- Belles-Lettres,
- Science, Arts, Humanities, Law, Folklore, Customs, and Miscellanea.
Jauh sebelum itu Friederich (1849) dan R. van Eck (1875) juga telah membagi isi dan bahasa dalam kepustakaan (lontar) Bali tersebut. Pembagian kepustakaan lontar Bali kemudian lebih disistematiskan lagi saat didirikannya Gedong Kirtya (1928), menjadi:
- Weda (weda, mantra, kalpasastra);
- Agama (palakerta, sasana, niti);
- Wariga (wariga, tutur, kanda, usada);
- Itihasa (parwa, kakawin, kidung, geguritan);
- Babad (Pamancangah, usana, uwug),
- Tantri (tantri, satua / Masatua Bali).
Lontar - Lontar disebutkan juga dalam Upacara Saraswati, yang mengandung ajaran atau yang berguna dalam agama, kesusilaan dan sebagainya, dibersihkan, dikumpulkan dan diatur pada suatu tempat, di pura, di pemerajan atau di dalam bilik untuk diupacarai.
Golongan Lontar
Menurut kutipan dari blog Catur Veda Sirah | Because of You, di Bali terdapat sangat banyak lontar. Seorang peneliti Belanda, Van Der Tuuk menggolongkan lontar ke dalam enam klasifikasi, yakni:
- Kelompok Veda (Mantra/Puja)
- Kelompok Agama bersikan Etika, Tata Susila, sasana
- Kelompok Wariga/astrologi, tutur, kandha, usada
- Kelompok Itihasa, epik, parwa
- Kelompok Babad / sejarah
- Kelompok Tantri.
Namun demikian, lontar-lontar ini juga sering dikelompokkan dalam 3 kelompok besar berdasarkan isinya, yaitu :
- Lontar tentang Tatwa Agama | berisikan ajaran ketuhanan bersifat siwaistik yang diyakini kebenarannya.
- Lontar tentang etika dan susila | mengenai nilai dan norma moral yang menentukan terwujudnya dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia,
- Lontar ajaran bebantenan atau upacara agama | berisikan upacara keagamaan.
Selain itu juga disebutkan terdapat beberapa lontar lain lagi yang tidak dapat dimasukkan dalam 3 golongan besar tadi.
Dianalogikan bahwa weda yang universal dan turunannya termasuk ajaran Hindu Dharma yang tertuang dalam lontar-lontar di Bali sebagai sebuah undang-undang. Maka,
Dianalogikan bahwa weda yang universal dan turunannya termasuk ajaran Hindu Dharma yang tertuang dalam lontar-lontar di Bali sebagai sebuah undang-undang. Maka,
- Weda dapat dikatakan sebagai Undang Undang Dasar,
- dan lontar-lontar tersebut adalah turunan dan penjelasan detail yang dimaksudkan untuk mengerti Veda secara benar.
Penjelasanan isi dari beberapa lontar disebutkan sebagai berikut :
- Dalam Alih Aksara Dan Alih Bahasa Lontar, dimana disebutkan lontar sebagai konsep - konsep budaya Bali yang ada sampai dengan saat ini.
- Meru simbol tingkatan lapisan alam dan leluhur disebutkan dalam lontar Andha Bhuwana.
- Bunga Mitir dalam penjelasan lontar Kunti Yadnya, bunga mitir ini dinyatakan tidak patut dipersembahkan sebagai sarana upacara Dewa Yadnya.
- Berdasarkan lontar Yajna Prakerti, plawa yang berasal dari dedaunan biasanya digunakan dalam tetandingan banten disebutkan melambangkan tumbuhnya pikiran yang hening dan suci, maksudnya dalam memuja Hyang Widhi hendaknya berusaha dengan pikiran hening dan suci.
- Lontar tentang arsitektur Bali, berkaitan dengan representasi peradaban kehidupan, seni budaya dalam cipta dan rasa.
- Lontar Dharma Pewayangan | berhak menyebarluaskan cerita, berhak mengucapkan Veda atau mantra.
- Salah satu naskah asal Bali berisi teks Jawa Kuna berjudul Sumanasantaka Kakawin, menceritakan tentang :
- Riwayat nenek moyang Sri Rama, sampai dengan ayahnya Dasarata.
- Kisah tresna asih Prabu Aja & Dewi Indumati yang melahirkan Prabhu Dasarata.
- Lontar tanpa aksara dapat dapat dipahami seperti ungkapan sastra tanpa tulis.
- Tradition :
- Nyurat Lontar Tradition | a historical evidence of Balinese civilization in the midst of the rapid development and world civilization.
Demikian disebutkan beberapa hal tentang lontar sebagai bagian dari weda smerti khususnya dalam kelompok Upaweda yang juga diperlukan cara perawatan naskah lontar tersebut agar terhindar dari kerusakan - kerusakan untuk tetap dapat diwarisi.
***