Rontal adalah helai-helai daun tal yang biasanya digunakan untuk menulis aksara pada lembaran sebuah lontar sebagai naskah-naskah kuno yang sampai kini tetap dilestarikan dalam tradisi nyastra yang merupakan cerminan dari sikap sosial budaya masyarakat Bali.
Dimana dari sejak zaman dulu sejatinya rontal sangatlah diindahkan oleh para rakawi sebagai bahan untuk menuangkan segala petuah-petuah suci, berupa ajaran budi pekerti yang digunakan sebagai sesuluh hidup.
Tradisi pengolahan rontal dalam nyurat lontar disebutkan sebagai sarana tulis-menulis telah terjadi sejak zaman silam, antara lain untuk menuliskan semua dokumen penting, adat, serta budaya pada zamannya oleh para rakawi dalam kegiatan olah sastra, selain dipakai sebagai sarana keagamaan, seperti anyam-anyaman, jejahitan, lamak, cili, dan lain-lainnya.
Sebagai produk rontal masyarakat Bali mengenal tiga jenis tal, yakni:
Sejumlah peralatan yang seyogyanya juga disiapkan bagi panyurat tal antara lain:
- Rontal (daun tal) siap tulis sebagai lembaran disebut sebagai tepesan.
- Pangrupak/pangutik sebagai alat tulis.
- Bantalan/kasur sebagai alas menulis;
- Dulang kayu sebagai alas kasur;
- Penggaris dan pensil sebagai alat bantu.
- Serbuk kemiri atau nagasari bakar sebagai bahan pengawet.
- Panakep kayu, bambu atau pupug sebagai cover depan dan belakang.
- Benang sebagai pengikat.
- Uang kepeng disetiap ujung yang nantinya berfungsi untuk mengikatnya.
- Kropak kayu untuk tempat penyimpanan.
Di zaman sebelum ada papan keraras dan buku tulis, alangkah uniknya leluhur kita itu dan sampai kinipun masyarakat Bali sangat menghormati huruf Bali sebagai warisan budayanya yang disebut aksara atau sastra atau ”Sanghyang Aji Sastra ” dimana lontar dalam pengertian teknik tebek wayah disebutkan bahwa;
Aksara dianggap memiliki nilai spiritual dan suci yang membentuk satu hubungan antara sistem aksara, upacara, dan kepercayaan agamanya.
Oleh karena itu, masyarakat Bali benar-benar menghormati segala kegiatan yang berkaitan dengan tradisi tulis menulis aksara Bali, seperti halnya dengan pekerjaan nyurat lontar sebagai perilaku yang merupakan cerminan dari sikap sosial budaya masyarakat Bali.
Keberadaan daun rontal selain untuk menulis aksara juga digunakan dalam perlengkapan upacara yadnya seperti halnya :
- Orti sebagai simbol komunikasi digunakan daun rontal tua dengan arti masing - masing simbol sebagai permohonan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
- Banten pagedong-gedongan masarana antuk daun rontal untuk mensucikan sthula sarira yang dilaksanakan pertama kali sejak tercipta sebagai manusia.
- dll
***