Lamak atau juga disebut ceniga adalah lambang pijakan kita untuk menapaki hidup dalam sebuah pusaran waktu menuju kesejatian di alam semesta ini sebagaimana disebutkan lamak sebagai simbol pijakan menuju kesejatian yang dibuat dalam berbagai ornamen keagamaan yang dilengkapi dengan,
- gunungan,
- cili-cilian,
- bulan,
- bintang,
- matahari
- dan sebagainya.
Kata lamak juga dalam bahasa kawi (jawa kuno) disebutkan berarti alas sehingga beberapa lamak dibuat semacam taplak dari daun enau yang dirajut dengan lidi bambu yang ditempatkan di
Ornamen - ornamen lamak dengan penggunaan pis bolong sebagai sarana upacara yadnya disebutkan merupakan pengaruh dan akulturasi kebudayaan Tionghoa terhadap peradaban budaya bali yang tetap kita hormati dan gunakan sampai sekarang ini.
Reringgitan Lamak dalam kutipan artikel Bali Och Bali disebutkan, ada tiga jenis Lamak yang sering di lihat :
- Terujungan biasa dipasang pada lebuh rumah, natah/halaman rumah
- Lamak kecil biasa di pasang pada pelinggih-pelinggih seperti : Apit Lawang, sumur, pelangkiran, tugu-tugu
- Lamak Besar biasa dipasang pada pelinggih-pelinggih Utama seperti Gedong, Saren, Pelinggih Taksu, Gunug Agung, Padmasana.
***