Dewa Yadnya

Dewa atau Widhi Yadnya adalah upacara agama hindu dalam hal persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa sehingga dewasa ayu atau hari yang baik dan hari yang harus dihindari dalam upacara ini sangat penting untuk ditinjau.

Menurut kalender Bali Digital, sebagai contoh dalam dewasa bulan desember 2011 yang dapat dijabarkan dalam ala ayuning dewasa yaitu sebagai berikut :

Hari yang dipakai: Amerta Akasa, Amerta Buwana, Amerta Dadi, Amerta Dewa, Amerta Dewa Jaya, Amerta Masa, Amerta Pageh, Amerta Wija, Ayu Dana, Ayu Nulus, Buda Gajah, Buda Ireng, Buda Suka, Dewa Stata, Dewa Werdi, Dewasa Mentas, Dewasa Ngelayang, Werdi Suka, Wredhi Guna.

Hari yang dihindari: dalam melakukan upacara dewa yadnya yaitu :
  • Amerta Papageran, Asuasa, Dadig Krana, Dina Carik, Geheng Manyinget, Geni Agung, 
  • Kala yang dihindari : Kala Bregala, Kala Dangastra, Kala Garuda, Kala Mretyu, Kala Ngruda, Kala Pati, Kala Pegat, Kala Prawani, Kala Sungsang, Kala Suwung, Kala Temah, Kala Tumpar, Kala Wong, Kaleburau, Macekan Lanang, Mreta Sula, Pamacekan, Panca Prawani, Pati Paten, Purnama Danta, Purwani, Purwanin Dina, Sarik Agung, Uncal Balung.

Sembahyang, menghaturkan sesajen
Mengingat pentingnya upacara ini seperti yang dikutip dari Parisada Hindu Dharma Indonesia tentang Dewa Yadnya, upacara ini merupakan pemujaan atau persembahan sebagai perwujudan bakti kepada Hyang Widhi dalam berbagai manifestasinya, yang diwujudkan dalam bermacam-macam bentuk upakara.

Bakti dalam dewa yadnya ini, bertujuan untuk mengucapkan terima kasih kepada Hyang Widhi terhadap hamba-Nya dan mohon Kasih-Nya agar kita mendapatkan berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga kita dapat hidup dengan selamat.

Upacara Dewa Yadnya dapat dilaksanakan di Sanggah atau Pemerajan, di Pura atau Khayangan-khayangan dan ditempat-tempat suci yang setingkat dengan itu.

Upacara Dewa Yadnya dapat dilakukan pada tiap-tiap hari dan ada pula yang dilakukan secara periodik (berkala). Upacara Dewa Yadnya yang dilakukan setiap hari dapat dilaksanakan dengan melakukan Puja Tri Sandya dan Yadnya Sesa.

Sedangkan Upacara Dewa Yadnya yang dilaksanakan secara periodik, dapat dilakukan pada hari-hari tertentu, misalnya kebaktian yang dilakukan pada Hari Galungan, Kuningan, Saraswati, Siwa Ratri, Purnama, Tilem, Piodalan-piodalan dan lain sebagainya, demikian pula dengan mengadakan Tirtha Yatra ke tempat-tempat suci.

Pertunjukan kesenian pada upacara Dewa Yadnya ini.
Menurut Museum Wayang Indonesia, Wayang Lemah dipergunakan untuk upacara Dewa Yadnya, yang mengambil lakon bersifat filsafat seperti cerita Dewa Ruci.

Sebuah pertunjukan wayang lemah
dari video youtube

Video Pertunjukan Wayang Lemah,
pemuput karya oleh Kak Mangku
Dalang I Wayan Suratha

Dari pentingnya upacara Dewa Yadnya ini, maka sangat perlu untuk memperhatikan dewasa penanggalan seperti yang dijelaskan dalam kalender Bali tersebut sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Kidung Wargasari | kidung yang digunakan sebagai pengantar dan pengayat upacara dewa yadnya ini.
Penggunaan sarana upcarapun disebutkan harus disesuaikan dengan ketentuan - ketentuan yang ada seperti penggunaan bunga, yang dalam penjelasan lontar Kunti Yadnya, Bunga Mitir dinyatakan tidak patut dipersembahkan sebagai sarana upacara Dewa Yadnya ini.

Demikian dijelaskan beberapa hal tentang upacara dewa yadya ini sehingga ada manfaatnya.
***