Kadangkala setiap rangkaian peristiwa merupakan bagian dari siklus-waktu yang berputar berulang-ulang,
yang tentunya 'tak bisa' kita nikmati 'sepanjang-perjalanannya' itu...Ada 'kehidupan yang-lalu (atita)', ada 'kehidupan saat-ini (wartamana)', pun nanti akan datang 'kehidupan masa-depan (nagata)'...
Sang Waktu sudah barang tentu selalu adil 'melaksanakan kewajibannya', menyajikan 'sajian-kehidupan' [cuma karena selimut Avidya (ketidaktahuan) manusialah yang menyebabkan seolah-olah waktu itu 'tidak adil' dan sesungguhnya semua itu hanyalah proses, agar kita lebih mampu kemudian 'menghargainya'.
Dan berikut adapun pengertian kala dalam pelaksanaan upacara yadnya disebutkan sebagai berikut :
- Kala sebagai kekuatan atau energi bhuta kala yang awalnya disebutkan pada kurun waktu tersebut Sang Hyang Widhi dengan tapanya menciptakan alam semesta ini dengan kekuatan panca korsika yang pada akhirnya salah satunya berubah menjadi "Bhatara" Kala.
- Sehingga untuk menstabikan alam ini dengan cara melawan para kala tersebut, dengan kekuatan sebagai pemimpin loka pala, Hyang Widhi memerintahkan kembali para Dewata Nawa Sanga untuk menjaga setiap pengider - ider atau arah mata angin agar benda - benda padma anglayang dapat terbang melayang-layang mengitari matahari supaya kehidupan di alam semesta ini menjadi stabil sepanjang waktu.
- Sanghyang Kala sebagai penyebar maut yang dalam mausala parwa disebutkan, Sanghyang Kala secara terus menerus akan mengembara dari rumah ke rumah untuk menyebarkan maut.
- Sering orang melihat manusia hitam dan menyeramkan berkepala botak mamasuki rumah-rumah.
- Para ahli mamanah telah berkali-kali mencoba menembaknya, namun semua mereka itu gagal membunuhnya.
- Dia itulah sebenarnya Sang Kala, pemusnah segala makhluk.
- Ketidakstabilan ini yang disebabkan oleh Sanghyang Kala tersebut menjelang perayaan pergantian tahun Saka, krama Bali membuat ogoh-ogoh bhuta kala seperti :
- Kala Bang,
- Kala Ijo,
- Kala Dengen,
- Kala Lampah,
- Kala Ireng
- dll
- Kala sebagai waktu yang patut dihargai dalam kutipan tata kehidupan dengan menghargai waktu, disebutkan bahwa, kala yang berasal dari bahasa sansekerta tersebut, sesungguhnya ciptaan Tuhan, karena keberadaan "waktu" itu muncul akibat,
- perputaran planet-planet ruang angkasa, dimana bumi yang merupakan salah satu planet tersebut mengelilingi matahari dan bulan mengelilingi bumi.
- Perputaran itu menimbulkan waktu
- pagi,
- siang,
- sore dan
- malam
- Setiap zaman dalam dimensi waktu yang amat luas dan kompleks sekali dimana kehidupan manusia dan makhluk lainnya amat tergantung pada peredaran waktu tersebut sehingga,
- Manusia harus selalu menyesuaikan kegiatan hidupnya menurut perputaran waktu yang tiada henti-hentinya.
- Terus berjalan dan tidak bisa dihentikan karena hukum rta telah mengaturnya.
- Dalam Manawa Dharmasastra VII.10, manusialah yang harus pandai-pandai melakukan sesuatu yang tepat menurut perjalanan waktu tersebut untuk mensukseskan tujuan yadnya dan dharma kebaikan di alam ini.
- Dari pandangan inilah mungkin muncul istilah wariga sebagai acuan kalender bali,
- Untuk melaksanakan segala kegiatan upacara yadnya,
- yang kalau tidak sesuai dengan perhitungan ala ayuning dewasa akan menemukan kegagalan sehingga setiap pelaksanaan
- hari raya,
- panca yadnya serta
- hampir seluruh piodalan di pura
- ditetapkan waktu pelaksanaannya berdasarkan saka Bali.
- Sedangkan hari baik untuk melakukan berbagai aktifitas berdasarkan ala ayuning dewasa dalam kalender Bali disebutkan sebagai berikut :
- Kala Atat. Baik untuk membuat tali, tali pancing, melakukan pekerjaan anyam-anyaman, tampus, jerat.
- Kala Buingrau. Baik untuk menebang kayu, membuat bubu, memuja pitra. Tidak baik untuk membangun, mengatapi rumah.
- Kala Dangu. Tidak baik untuk memulai suatu pekerjaan, pindah tempat, bepergian..
- Kala Upa. Baik untuk memulai mengambil/memelihara ternak (wewalungan). .
***