Garuda adalah perlambang kemerdekaan dan perjuangan yang sungguh berat dari seorang anak untuk dapat membebaskan ibunya dari perbudakan dan penjajahan.
Burung Garuda yang awalnya berwujud sosok manusia setengah burung elang tersebut dalam pengertian simbol dan makna yang terkandung didalamnya tersurat sebagai berikut :
Burung Garuda yang awalnya berwujud sosok manusia setengah burung elang tersebut dalam pengertian simbol dan makna yang terkandung didalamnya tersurat sebagai berikut :
- Kepalanya berbentuk burung elang sebagai simbol transformasi diri yaitu dengan penuh energi untuk menggapai tujuan yang lebih baik di masa depan.
- Atribut burung garuda dilengkapi dengan membawa kendi berisi air kehidupan dalam simbol ornamen ragam hias arsitektur Bali disebutkan bermakna atman itu tidak bisa mati hanya pindah kealam lainnya.
- Sebagai wahana Dewa Wisnu yang membawa tirta amerta kamandalu pada pahatan belakang padmasana sebagai simbol kesejahteraan dan kesehatan serta umur panjang bagi penyungsungnya yang dalam Lontar Adi Parwa sebagaimana disebutkan dalam kutipan catatan pengertian padmasana dan aturan pembuatanpadmasana secara detail, yang diceritakan kisah garuda sebagai wahana / kendaraan dari Wisnu yaitu sebagai berikut :
- Garuda yang tak lain juga disebutkan merupakan putra dari Bhagawan Kasyapa dan Sang Winata. Sang Winata dan Sang Kadru yang keduanya tersebut merupakan istrinya Bhagawan Kasyapa,
- Sang Kadru berputra naga yang ribuan banyaknya
- Sang Winata berputra Sang Aruna dan Sang Garuda.
- Nilai-Nilai yang terkandung dalam ketokohan mahluk mitologi Garuda;
- Pantang Menyerah (Wira Sarwa Yudha)
- Rela Berkorban
- Berjiwa Besar
- Menepati Janji (Satya Semaya)
Diceritakan pada suatu ketika kedua istri Rsi Kasyapa membicarakan Uchaisrawa, kuda yang keluar dari pemuteran gunung Mandaragiri,
- Sang Kadru mengatakan warna kuda itu hitam, sedangkan
- Sang Winata mengatakan kuda itu putih.
Karena sama-sama teguh mempertahankan
pendapat akhirnya mereka sepakat untuk bertaruh, bahwa siapa yang kalah
akan mejadi budak dari yang menang.
Para naga putra Sang Kadru tahu bahwa
warna kuda itu putih dan untuk memenangkan ibunya para naga menyemprotkan
bisa ke Uchaiswara sehingga berwarna hitam.
Sang Winata kalah lalu menjadi budak Sang Kadru tetapi alangkah mulia dan beraninya anak dari Sang Winata, yakni Garuda yang ingin membebaskan ibunya dari perbudakan.Lamalah sudah Sang Garuda dan ibunya menjadi budak dari para naga sebagaimana dikisahkan dalam mitologi alang-alang sebagai rumput suci, akhirnya Garuda pun menjadi bosan. Ia pun lalu menanyakan kepada naga
- Garruda Bertanya kepada para naga, apakah ada cara sebagai pengganti atau penebusannya, agar dia bisa bebas dari perbudakan ?
- Setelah lama berpikir, para naga pun sepakat akan membebaskan Sang Garuda dari perbudakan kalau bisa mencarikan Tirtha Amerta ke surga di swah loka untuk mereka.
Sang Garuda pergi ke Surga untuk mencari Tirtha Amerta, sehingga ia berhadapan dengan para Dewa yang menjaga Tirtha Amerta itu. Dewata Nawa Sanga dikalahkan semua dan akhirnya para Dewa pun mohon bantuan kepada Bhatara Wisnu untuk menghadapi Garuda.
Perang antara Dewa Wisnu dengan Sang Garuda terjadi cukup lama, akhirnya Bhatara Wisnu menanyakan mengapa Sang Garuda sampai melakukan hal itu dan untuk apa dia mencari Amerta tersebut ?Setelah Sang Garuda menjelaskan tujuannya mencari Amerta untuk membebaskan dirinya dan Ibunya dari perbudakan para naga maka Bhatara Wisnu berkenan memberikan Tirtha Amerta itu, dengan syarat Sang Garuda bersedia menjadi kendaraan Dewa Wisnu.
Sang Garuda menyetujui dan Tirtha Amerta pun diserahkan oleh Dewa Wisnu dengan syarat “barang siapa yang akan meminumnya hendaknya bersuci-suci terlebih dahulu, kalau tidak demikian maka Tirtha Amerta tidak akan Sidhi atau bermanfaat”.
Sang Garuda segera menyerahkan Tirtha Amerta itu kepada para naga dengan segala persyaratannya. Para naga setelah menerimanya, mereka berlomba dan saling mendahului pergi mandi dan menyucikan diri, karena takut tidak kebagian sehingga Tirtha itu ditinggalkan begitu saja di tengah rumput alang-alang.Mengetahui hal itu maka Bhatara Wisnu bersama Garuda pun mengambil kembali Tirtha itu dengan segera sehingga Tirtha Amerta terciprat di daun alang-alang tersebut, dan membawanya ke Surga. Dengan kecewa akhirnya para naga menjilati alang-alang itu, karena daunnya yang tajam sehingga menyebabkan lidah para naga itu terbelah.
Dalam cuplikan sebuah percakapan di Hari 70 Tahun Indonesia Merdeka, Burung Garuda .(Sanskerta: Garuḍa dan Bahasa Pāli Garula) Ia merupakan wahana Dewa Wisnu, salah satu Trimurti atau manifestasi bentuk Tuhan dalam agama Hindu.
Garuda digambarkan bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah. Paruh dan sayapnya mirip elang.
***