Rela berkorban

Rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan adanya kesediaan dan keikhlasan memberikan sesuatu yang dimiliki untuk orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri.

Dalam pengertian yang lebih sederhana; 
Rela berkorban adalah sikap dan perilaku yang tindakannya dilakukan dengan ikhlas serta mendahulukan kepentingan orang lain dari pada kepentingan diri sendiri. 
Dimana hal ini disebutkan sesuai dengan filosofi karma marga dalam menyama braya dan saling matulungan

Ibaratnya menjadi sebatang lilin bukanlah pilihan yang menyenangkan. 
Terkadang banyak orang menganggap suatu kebodohan jika ada orang yang mau menjadi lilin.  
Capek-capek menerangi sekitarnya, namun berujung dengan kehancurannya. 
Padahal, apapun pasti akan binasa kelak.

Namun paling tidak, menjadi lilin adalah pilihan yang gagah dan terhormat. Mencoba menerangi lingkungan sekitar dengan pancaran cahaya kecil, meskipun panasnya api cahaya itu akan melumerkan dirinya sendiri. 
Tidak menjadi masalah; 
Sebab tujuan awal dibuatnya lilin itu adalah untuk menerangi kegelapan. 

Sama seperti kita, diciptakan Tuhan agar selalu menyebarkan dharma kebajikan kepada sesama manusia, bukan justru menjadi seorang perusak.

Dan apalah artinya sebatang lilin jika hanya tersimpan rapi di dalam rak tanpa bermanfaat apa-apa? Atau bahkan lilin itu nantinya akan hancur dengan sendirinya menjadi serpihan-serpihan kecil karena patah, terinjak atau bahkan hancur dimakan waktu?

Seperti halnya dalam memahami makna catur wida, Sang Nitya Maweh Bhinojana.
Karena kecintaan dan rasa tanggung jawab yang tulus ikhlas, ayah dan ibu kepada anaknya, mereka selalu mengusahakan memberi makan kepada anak-anaknya.
Bahkan tidak jarang dalam keadaan kesulitan
Demikianlah disebutkan dengan selalu melatih sikap rela berkorban agar nantinya kita menjadi lebih kuat, terampil dan terlatih untuk dapat lebih memahami arti kehidupan ini.
***