Dewa Ruci adalah Sang Hyang Wisesa sebagai resi berbadan kecil yang sakti dan sering dilakonkan dalam wayang lemah pada upacara suci keagamaan khususnya dewa yadnya di Bali.
Kisah Dewa Ruci dalam sumber kutipan Alih Aksara Dan Alih Bahasa Lontar, diceritakan Dewa Ruci dimulai dengan keberangkatan Sang Bhima atas perintah Bhagawan Drona ke laut untuk mencari Toya Amreta (Tirta Amertha).
Terlihat olehnya tepi laut dengan ombaknya beriak, bergulung menerjang batu karang. Dengan tiada rasa takut ia menceburkan diri ke dalam laut, diempas gelombang, ditindih air.
Tiba-tiba datanglah seekor ular besar bernama Si Nakatnawa mengambang di atas air. Ular yang sedang kelaparan itu kemudian menyerang Sang Bhima dengan sangat buas.
Akan tetapi ular tersebut akhirnya dapat ditangkap oleh Sang Bhima, lalu dipotong-potong dengan kukunya sehingga air laut menjadi merah karena darah ular itu.
Tersebutlah Sang Hyang Wisesa, sangat kasihan terhadap Sang Bhima. Sang Bhima sangat senang melihat Sang Hyang Wisesa yang berbadan kecil seperti boneka. Sang Hyang Wisesa bertanya apa tujuan Sang Bhima datang ke tengah laut yang berbahaya itu. Sang Bhima pun menjawab bahwa tentunya Sang Hyang Wisesa telah mengetahuinya.
Tersebutlah Sang Hyang Wisesa, sangat kasihan terhadap Sang Bhima. Sang Bhima sangat senang melihat Sang Hyang Wisesa yang berbadan kecil seperti boneka. Sang Hyang Wisesa bertanya apa tujuan Sang Bhima datang ke tengah laut yang berbahaya itu. Sang Bhima pun menjawab bahwa tentunya Sang Hyang Wisesa telah mengetahuinya.
Sang Bhima kemudian menanyakan nama Sang Hyang Wisesa sebagai resi berbadan kecil. Sang resi menjawab ia adalah Dewa Ruci. Kemudian ia memberi wejangan kepada Sang Bhima agar jangan gegabah berbuat.
“Janganlah mencari bila belum tahu apa yang dicari”.
Dewa Ruci senang karena sang Bhima mau menerima ajarannya. Ia menyuruh Sang Bhima masuk ke dalam garbanya (perutnya) melalui telinga kirinya.
Dewa Ruci senang karena sang Bhima mau menerima ajarannya. Ia menyuruh Sang Bhima masuk ke dalam garbanya (perutnya) melalui telinga kirinya.
Setelah Sang Bhima masuk, dilihatlah olehnya lautan yang amat luas, alam kosong. Kemudian Sang Resi kembali mewejang tentang indriya, tentang dasa, tiga musuh sang pertapa, tentang subyek dan obyek, tentang yang tunggal menjadi banyak, tentang jiwa, tentang Tuhan yang tanpa wujud, tanpa ruang.
***