Apit Lawang adalah penjaga kori ataupun candi bentar yang berfungsi sebagai penjaga lawang.
- Berupa pelingih sebagai stana dari Bhatara Kalla atau dewa ganapati dengan bhiseka jaga-jaga yang bertugas sebagai pecalang.
- Apit Lawang pada pintu gerbang dengan swabawa Nya Sang Hyang Panca Kala sebagai stana para manifestasi Sanghayng Widhi pada tempat suci pekarangan rumah disebutkan :
- Sebelah kanan pintu keluar Sang Maha Kala,
- Sebelah kiri Sang Adi Kala.
- Tepat di pintu masuk Sang Kala,
- di depan pintu Sang Sunia Kala,
- Pada aling-aling Sang Dora Kala.
- Sehingga tercipta tanda + (tapak dara) pada pintu masuk pekarangan.
- Dalam Hindu Bali berkaitan dengan Pura dan Palinggih disebutkan kadang berwujud berupa patung bedogol (raksasa) yaitu : Nadiswara dan Mahakala.
- Seperti halnya bedogol apit lawang pura dalem sebagai linggih sthana Sang Bhuta Diyu dan Sang Bhuta Garwa.
Apit lawang sebagai penjaga kesucian pura disebutkan penggunaan dua buah pelinggih apit lawang yang posisinya ada di belakang masing masing pintu samping sebagaimana dijelaskan oleh Ketut Ardana yang sesuai dengan hasil seminar berkaitan dengan Pura Beji Sangsit dikatakan bahwa :
Seluruh pengawaknya penuh dengan ukiran khas Bali, dengan simbar yang lancip dan besar diukir dengan bentuk yang sangat kuno, sama percis dengan yang ada di Pelinggih Utama dan Kori Agung.
Namun konsep kepala badan kaki tetap diterapkan disini.
Sedangkan mahkota atau Murda mengambil bentuk kelopak bunga, yang lazimnya berbentuk bajra (genta).
***