Penggunaan benang sebagai simbol suci tali pengikat dalam proses kehidupan yang pada upacara yadnya dan tetandingan banten sebagaimana disebutkan,
- Benang putih,
- yang diikat di pergelangan tangan kanan saat otonan, sebagai simbol agar hati kita selalu di jalan yang lurus/benar dalam kehidupan ini.
- dalam Mabeakala saat upacara pawiwahan, benang papegat yang berwarna putih sebagai simbol dari lapisan kehidupan, berarti sang pengantin telah siap untuk meningkatkan alam kehidupannya menuju Grehasta Asrama.
- Benang Tri datu sebagai simbol ikatan akan tiga perjalanan hidup di dunia ini.
- Benang Tatebus, apa pun yang yang kita mulai seharusnya diselesaikan secara sempurna bagaikan orang memilin benang, semua diproses dengan penuh kesabaran dan ketelatenan.
- Benang Selem yang berwarna hitam dalam upacara pagedong - gedongan pinaka penuntun hidup.
- Benang tukelan pada daksina lambang naga dalam proses pemutaran mandara giri untuk mencari tirta amertha sebagai alat/media penghubung antara pemuja dan yang dipuja.
- Benang, pis bolong, nasi aon (nasi dicampur abu gosok) dan porosan dalam banten penyeneng berfungsi sebagai alat untuk nuntun.
- dll
Menurut tradisi masyarakat Bali dalam pemakaian benang sebagai tanda proses kehidupan kutipan artikel Majalah Raditya, penggunaan benang yang erat
hubungannya dengan ritual tertentu, seperti saat acara matepung tawar,
otonan, padiksan, odalan serta ritual lainnya, bahwa dengan memakai benang suci itu bukan sekedar
memakai seutas tali, namun ada makna yang lebih dalam dari pemakaian
benang tersebut,
- sebagai cerminan suatu proses pematangan diri untuk menuju suatu kehidupan yang berguna dan
- suatu jalanan yang saling mengikat dan mengisi satu sama lain.
Seperti proses pembuatan benang
yang berasal dari kapas, sebelum menjadi benang kapas tersebut harus
dipintal agar kita mendapatkan benang. Setelah mendapatkan benang, maka
kita dipersilakan lagi mememakainya sesuai dengan kebutuhan kita, apakah
mau dipakai untuk menyulam atau ditenun untuk dijadikan kain dan lain
sebagainya.
Mengenai nama-nama benang yang dihasilkan dari proses pemilinan tersebut
tergantung dari pesan yang kemudian ingin disampaikan sesuai imaginasi
seseorang misalnya - hitam mewakili aspek dewa Wisnu,
- merah mewakili aspek kekuatan Brahma,
- putih mewakili manifestasi Dewa Siwa.
- Para tetua mungkin ingin menyampaikan bahwa kita ini memang terikat seperti benang, antara satu dengan lainnya,
- namun bila waktunya kita sudah harus berpisah atau melepaskan perikatan terhadap dunia material, maka orang seharusnya menerima kejadian tersebut sebagai proses yang tidak dihindari dalam kehidupan manusia normal.
- Perpisahan bukan berakhirnya suatu proses, namun perpisahan adalah awal dari proses kehidupan baru.
Bisa dikatakan, bahwa makna pemakaian benang suci tersebut tergantung
dari jenis aktivitas ritual yang dilakukan dan benang tersebut
menyiratkan makna kepada manusia, bahwa kita seharusnya dalam hidup ini
mengalami proses pematangan, sehingga terlahir generasi yang bisa saling
bersatu dengan yang lainnya.
Marilah kita jadikan benang suci sebagai
- penanda keterikatan,
- persatuan,
- berlindung kepada kekuatan.
***