Papegat

Papegat atau pepegat adalah simbol dari sebuah pemutusan atau keputusan dalam kehidupan ini.
  • Dalam Upacara Mabeakala saat upacara pawiwahan;
    • Pepegatan terdiri dari dua buah cabang dadap yang dihubungkan dengan benang putih.
    • Ketika kedua mempelai memutuskan benang papegat tersebut, itu berarti sebagai tanda mereka berdua telah memutuskan untuk memulai mengarungi bahtera kehidupan Grehastha dalam sebuah ikatan rumah tangga yang suci.
  • Dalam Upacara Pitra Yadnya, banten papegat digunakan sebagai simbolis oleh para keluarga untuk memutuskan hubungan agar tidak ingat terus kepada seseorang yang telah meninggal dunia.
Dalam hal upacara mapegat dalam Pitra Yadnya khususnya untuk Tetandingan Bantennya disebutkan yaitu :
  • Alasnya sebuah nyiru, diatasnya taledan.
  • Raka – raka selengkapnya 
  • Nasinya : dalam ceper 11 (sebelas) tumpeng kecil – kecil, satu konong rangkadan rerasmen 
  • 11 (sebelas) sasap yang beralaskan daun dapdap dan daun temen, yang diatas sasap berisi satu kepeng pis bolong yang sudah dibelah dua dan diatasnya diisi sedikit nasi maurab yang berisi kacang saur yang diisi juga dengan sekebis – kebis kecil raka – raka, dan juga diisi sedikit – sedikit tibah mentah dan tibah metunu, dan juga diisi sedikit – sedikit gedang mentah dan gedang metunu, juga diisi “ lulun pabuan” sedikit – sedikit, juga kelapa mentah diisi seiris – seiris kecil. Sasap tersebut diatas diatur dengan baik melingkar di atas banten tersebut. 
  • Benang tri datu dipotong kurang lebih 20cm 
  • Sebuah lilin (yang kemudiankalau sudah selesai upacara, lilin dinyalakan dan benang tri datu dibakar agar putus (berarti memutuskan hubungan dengan sawa
  • Sampiyanya : 
    • 2 buah sesampiyan pusung dengan gantung – gantungan 
    • 1 buah penyeneng 
    • 1 buah sange urip 
    • 1 buah padma dan coblong 
    • 1 soroh tulung sayut 
    • 1 buah pabresiyan payasan 
    • 1 daksina 
    • 1 buah sodan cenik 
    • 1 tanaman kelanan 
    • 1 lis amuan – amuan yang gunanya untuk memercikkan tirta pengetas / pemutus pada sawa. 
  • Setelah selesai terakhir para keluarga dekat masing – masing mengambil satu sasap, sasap, sasap tersebut diletakkan pada tangan kiri mengkurep (telapak tangan menghadap ke bawah), kemudian seolah – olah melempar tangan di balik agar sasap terlempar jatuh. Secara simbolis para keluarga putus hubungan agar tidak ingat terus.
  • Dan selanjutnya dilakukan upacara Pakirimin Ngutang untuk mengiringi jenazah ke setra.
***