Pitra Yadnya

Pitra yadnya adalah upacara penghormatan dan kewajiban suci kepada para leluhur termasuk kepada orang tua kita yang telah meninggal dunia sehingga nantinya beliau masih tetap dapat terhubung;
Sehubungan dengan kelahiran kita serta perhatiannya semasa hidup kita; 
Dan juga sebagai kewajiban pitra rna yang harus dilakukan oleh setiap umat manusia.
Tujuan pelaksanaan upacara pitra yadnya sebagaimana disebutkan dalam kutipan artikel yayasan upacara pitra yadnya Indonesia, pitra yadnya ini bertujuan :
  • Sebagai proses pengembalian Panca Maha Bhuta Sang Amantuk, agar kembali ke sumbernya yakni Sang Hyang Prakerthi sebagai kekuatan "Acetana" dari Sang Hyang Widhi
  • Sedangkan penyucian atman (Rokh atau Arwah dari Sang Amantuk), sungguhnya lebih ditentukan oleh karma wasana nya sendiri ketika masih hidup di Mercapada, alam bwah loka dan yadnya yang dilakukan oleh preti sentananya ( Putra Yang Su-Putra ) dengan urutan upacara yaitu :
  • Sawa Wedana, pengeringkesan, pangaskaran dan ngaben
  • Asti Wedana, dari ngereka sampai nganyut sekah
  • Atma Wedana, dari ngangget don bingin sampai ngelinggihin dewa pitara
  • Setelah meajar-ajar, maka selesailah seluruh rangkaian upacara Pitra yadnya yang dilaksanakan.
  • Yang seluruh urutan Pitra Yadnya tersebut dapat diringkas dengan upacara ngelanus yang dilaksanakan secara lebih efisien.
Bagi keluarga yang ditinggalkan, tujuan upacara Pitra Yadnya ini dilaksanakan yang sebagaimana disebutkan babad bali, jenis yadnya ini bertujuan untuk :
  • Pengabdian dan bakti yang tulus ikhlas, 
  • Mengangkat serta menyempurnakan kedudukan arwah leluhur di alam sorga; swah loka
  • Memperhatikan kepentingan orang tua dengan jalan mewujudkan rasa bakti
Memberikan sesuatu yang baik dan layak, menghormati serta merawat hidup di hari tuanya juga termasuk pelaksanaan Yadnya ini.
Hal tersebut dilaksanakan atas kesadaran bahwa sebagai keturunannya ia telah berhutang kepada orang tuanya (leluhur) seperti:
  • Kita berhutang badan (sarira kosha) yang disebut dengan istilah Sarirakrit.
  • Kita berhutang budi yang disebut dengan istilah Anadatha.
  • Kita berhutang jiwa yang disebut dengan istilah Pranadatha
Upacara Pitra yadnya ini juga disebutkan didasari atas hukum sebab akibat dari karma phala, sebagai keyakinan adanya Punarbhawa dan kita percaya leluhur itu masih hidup di dunia atau alam semesta ini, dalam alam yang lebih halus. 

Disebutkan dalam kutipan artikel Catatan Bytescode, Upacara Pitra Yadya, terdapat empat lontar utama yang memberikan petunjuk tentang upacara yadnya ini yaitu :
  1. Lontar Yama Purwa Tatwa (mengenai sesajen / tetandingan banten yang digunakan), bentuk-bentuk bangunan petulangan, tiaksara kajang, dan sarana upacaranya.
  2. Lontar Yama Purana Tatwa (mengenai filsafat pembebasan (Lontar Kamoksan) atau pencarian atma dan hari baik-buruk (ala ayuning dewasa) melaksanakan upacara), 
  3. Lontar Yama Purwana Tatwa (mengenai susunan acara dan bentuk rerajahan kajang) serta
Dan juga dalam persembahan upacara pitra yadnya ini yang disebutkan dalam lontar putru pasaji, ada banyak jenis ikan yang dapat dijadikan persembahan kepada sang pitara. Lamanya kesenangan yang dapat diberikan oleh masing-masing ikan berbeda.
  • Ikan laut kualitasnya paling rendah karena dapat memberikan kesenangan hanya selama satu bulan.
  • Sedangkan ikan/daging yang kualitasnya tertinggi adalah badak, karena akan dapat memberikan kesenangan selamanya di sorga. 
Lampiran :
  • Tentang penentuan hari baik dan buruk (padewasan) yang berhubungan dengan Pitra Yadnya ini banyak disebutkan dalam lontar aji swamandala, seperti larangan melakukan upacara pitra yadnya ini pada saat tumpek.
  • Dokumen PuraKawitan, Pitra Yajnya2000, khususnya buat kita Umat Hindu disebutkan beberapa istilah seperti :
    • Pegat Angkihan, tujuan doa pralina agar roh berjalan tenang dan diterima oleh Ida Shang Hyang Wenang / Hyang Widhi dan dapat mencapai kesucian.
    • Angenansimbolisasi dari pada batin atau jiwa sang atma yang diletakkan di atas pelengkungan tempat jenasah.
    • Bubur pirata hendaknya juga dilengkapi dengan empehan atau susu.
    • Tetandingan Banten Papegat, sampiyanya disebutkan dilengkapi dengan 2 buah sesampiyan pusung dengan gantung – gantungan.
    • Perlengkapan Upacara Pitra Yadnya yang dibutuhkan disesuaikan dengan kemampuan sesuai dengan Desa Kala Patra dengan tingkatan - tingkatan Tri Mandala dalam bentuk nista – madya – utamanya seperti halnya dalam pembuatan tetukon karena bahan-bahan dari kelengkapannya sangat membutuhkan waktu untuk mencarinya.
  • Aji Kembang, Kidung Pitra Yadnya disebutkan dilantunkan pada saat wawu seda, nangunin, nyiramin layon.
  • Dalam tradisi warisan nenek moyang, upacara ngunye yang dilakukan saat upacara pitra yadnya ini juga disebutkan ditujukan untuk memberikan kesempatan terakhir bagi krama Banjar untuk dapat ngampurayang / memaafkan sang pitra jika ada kesalahan / kekeliruan yang diperbuat terhadap krama dan belum dimaafkan hingga dibawa mati.
***