Berbagai ajian-ajian ditawarkan dalam naskah lontar ini, dan apabila seseorang tersebut mampu menerapkan ajian tersebut maka akan tercapai apa yang dikehendakinya, baik itu kawisesan (kecerdasan) maupun kamoksan.
Ajian-ajian yang terdapat dalam naskah ini memiliki nilai kesakralan tinggi.
Hakikat ajian tersebut bersifat sangat rahasia dan tidak semua bisa mempraktekkannya sehingga memerlukan kesigapan, ketelitian, ketekunan dan ketajaman batin pembacanya.
Hakikat ajian tersebut bersifat sangat rahasia dan tidak semua bisa mempraktekkannya sehingga memerlukan kesigapan, ketelitian, ketekunan dan ketajaman batin pembacanya.
Lontar kamoksan ini terdiri dari :
- Tutur Kamoksan Kalepasan, disebutkan penggunaan kajang juga berdasarkan Tri Angga yaitu : nista, madya, utama, utamaning utama.
- Dimana penyatuan kembali Sang Hyang Atma (Siwatma) dengan Sang Hyang Siwa (Brahman) dalam isi Lontar Kalepasan Sang Hyang Siwa disebutkan :
- Semua indriya akan ditarik dari obyek kenikmatannya dan berkumpul kedalam Citta, Buddhi, dan Manah yang tidak tertutupi oleh apa-apa,
- Kemudian Ia akan keluar melalui ubun-ubun (Siwaduara),
- lalu Omkara sabda yang berada didalam hati itu akan menghilang dan menghilangkan dari apa yang didengar pada waktu Siwa berwujud sebagai Siwatman,
- Sedangkan Omkara dihilangkan maksudnya adalah agar Citta itu diluputkan dari Angga Pradhana, dan menyatu dengan suksma (alam halus) kembali.
- Lontar Sundarigama, meliputi aspek tattwa (filosofis), susila, dan upacara/upakara yadnya ...
- Tattwa sangkaning dadi janma, kadyatmikan untuk melepaskan Sang Hyang Urip / atman
- Tutur bhuwana mareka, dijadikan oleh para yogi atau para jnanin untuk mencapai kalepasan/kamoksan.
- Brahmokta widhisastra, menguraikan ajaran Kalepasan yang bersifat Siwaistik, diantaranya menjelaskan tentang hakekat Sanghyang Pranawa (Om), upacara Sawa Wedana sebagai proses pengembalian unsur Panca Maha Bhuta ke bhuwana agung.
- Lontar tutur kumaratatwa, cara mengenali dan memahami kejatidiriannya sehingga manusia dapat mengerahkan segala kekuatan yang ada di dalam dirinya.
- Tutur angkus prana, mengandung ajaran kawisesan tersimpul dalam berbagai ilmu.
- Lontar siwagama, tentang tattwa mahasunya.
- Sanghyang mahajnana, tanya jawab antara sang putra dengan sang ayah, Bhatara Kumara dengan Bhatara Guru.
- Tutur siwa banda sakoti, wejangan Sang Hyang Siwa Banda Sakoti yang disampaikan kepada Mpu Kuturan mengenai kalepasan di dalam diri yang patut diajarkan oleh para Dang Guru kepada muridnya.
- Tutur aji saraswati, ajaran tentang kesukseman, ajaran kerohanian tinggi.
Disebutkan pula, sebagai pahala membaca, mendengarkan, dan mendiskusikan teks-teks suci tersebut, selama hidupnya manusia dapat mencapai ketenangan pikiran, melenyapkan niat-niat jahat, kotoran diri, noda, dan dosa, serta ketika ajal tiba akan menemukan sorga dan moksa.
Oleh karena itu perlulah kiranya pembaca bila ingin mempraktekkan ajian-ajian ini dituntun oleh seorang guru agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Sebagai tambahan, dalam kelompok lontar yama kamoksan sebagai salah satu petunjuk dalam upacara pitra yadnya disebutkan yaitu :
Sebagai tambahan, dalam kelompok lontar yama kamoksan sebagai salah satu petunjuk dalam upacara pitra yadnya disebutkan yaitu :
- Yama Tattwa tentang bentuk petulangan pengabenan dan bebantenannya
- Lontar Yama Purana Tatwa (mengenai filsafat pembebasan (Lontar Kamoksan) atau pencarian atma dan hari baik-buruk (ala ayuning dewasa) melaksanakan upacara),
- Lontar Yama Purwana Tatwa (mengenai susunan acara dan bentuk rerajahan kajang)
- Secara teologis dinyatakan dalam naskah Yama Purwwa Tattwa, bahwa rangkaian upacara ngaben (baik nyawa / sawa wedana, swasta, dan yang sejenis dalam upacara kematian),
- Sesungguhnya ditujukan kehadapan Sang Hyang Siwa (Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa sebagai asal dan semua ciptaanNya di dunia maupun alam Bhuwana Agung ini).
- Lontar Tattwa Loka Kreti yang menjadi dasar hukum dan dasar pemikiran bagi umat Hindu untuk menjadi landasan upacara ngaben sebagai pengembalian unsur-unsur yang melekat dalam badan kasar dan halus dari roh bersangkutan.
- Tutur Kuranta Bolong berisikan perjalanan sang ruh setelah kematian untuk menuju alam Surga.