Lontar Tattwa Loka Kreti adalah dasar hukum dan dasar pemikiran bagi umat Hindu untuk menjadi landasan upacara ngaben sebagai pengembalian unsur-unsur yang melekat dalam badan kasar dan halus dari roh bersangkutan.
1. Yan Wong mati mapendem ring prthiwi salawasnya tan kenenan Wdhi Widhana, Byakta matemahan rogha ning bhuana, haro-haro gering merana ringrat, atemahan gadgad (Tatwa loka Kreti Lamp 5a)Artinya, kalau orang mati ditanam pada tanah selamanya tidak diupacarakan diaben, sesungguhnya akan menjadi penyakit bumi, kacau sakit merana didunia, menjadi gadgad tubuhnya (Tatwa Loka Krtti Lamp 5a).2. Kunang ikang sawa yan tan inupakara atmanya menadi neraka, munggwing tegal penangsaran, mengebewki, wadhuri ragas, ketiksnan panesing surya. Menangis angisek – isek, sumambe anak putunya, sang kari maurip.
Lingnya:” duh anaku bapa, tan ana mantra wlas ta ring kawitanta, maweh kita juga juga mawisesa, angen den abebecik – becik , tan eling ring rama rna, kawittanta, weh tirta pangentas jah tasmat kita setananku, wastu kita amanggih alphayusa, mangkan temahning atma papa ring sentana” (Lontar Tatwa Loka kreti Lemb. 11).Yang artinya::Oh Anak-anak keturunanku, tidak sedikitpun rasa belas kasihmu kepada leleuhurmu, memberikan bubur dan air seteguk, saya dulu punya (harta warisan) tidak ada yang saya bawa, kamu juga yang menikmati, pakai baik-baik, namun jika tidak ingat pada orang tua (leluhurmu), air tirta pengentas, pemastuku, semoga kau umur pendek demikianlah kutukannya kepada keturunannya”
Dari uraian pada lontar Tatwa loka Kertti tersebut dikatakan dalam kutipan artikel semaraibm sebagai dasar hukum dan dasar pemikiran bagi umat Hindu untuk menjadi landasan upacara ngaben itu;
Bertujuan untuk dapat melakukan yadnya kepada orang tua dan leluhurnya yang mengadakan, dan memeliara umat manusia dengan yadnyanya dalam hidup dan kehidupan ini.
***