Siwatma

Siwatma adalah Tuhan sebagai jiwa semua makhluk yang dalam ngunggahang Dewa Pitara pada Sanggah Kamulan setelah upacara atma wedana disebutkan mengandung pengertian,
  • Bersatunya atma yang telah suci dengan sumbernya yaitu pada Siwatma, 
  • hal ini merupakan realisasi dari tujuan akhir agama Hindu di Bali yakni mencapai moksa (penyatuan Atma dengan Paramatma/Brahman).
Siwatma dalam hubungan cetana dan acetana dalam siwatma tattwa dalam penjelasan Siwa Tattwa Bagian I disebutkan, siwatma adalah cetana yang lebih banyak dipengaruhi oleh maya jika dibandingkan dengan Sadasiwa dimana kesadarannya telah mulai kena Awidya
  • Pada Sadasiwa ini, unsur maya yang mempengaruhinya itu hanya berupa sifat-sifat kemahakuasaannya saja, 
  • dan unsur kesadarannya masih tetap dapat menguasai unsur maya itu. 
Sedangkan dalam Siwatma sifat ke-Mahakuasaan itu sudah berkurang dan mulai cenderung terpengaruh oleh unsur maya. Oleh karena itulah Siwatma-Tattwa juga dinamakan Mayasira Tattwa. Jika dilihat dari besar kecilnya pengaruh maya, maka Siwatma berada di bawah Sadasiwa,
  • I sor nikang sadasiwa tattwa mayasira tattwa ngaranya, unggwan sanghyang astawidnyansana, ananta suksma, siwatama, ekarudra, ekanetra, trimurti, srikantha, srikhandi, Sanghyang Ananta sira kinon Bhatara umyapaka ikang bhuwana lawan jadat, api tuwi manglepasaken atma wyapara waneh, yapwan huwus wyapara pakon bhatara, irika ta yan mokta sanghyang ananta, sanghyang suksma gumanti ananta, siwatama gumanti suksma, ekarudra gumanti siwatama, ekanetra gumanti ekarudra, trimurti gumanti ekanetra, srikantha gumanti trimurti, srikhandi gumanti srikantha. Nahan yang mayasira tattwa ngaranya. (Sudarshana Dewi, 14 hal 39-40). 
  • Artinya :
    • Di bawah Sadasiwa Tattwa Mayasira Tattwa namanya, tempat Sanghyang Astawidyasana (delapan tempat pengetahuan), yaitu Ananta, Suksma, Siwatama, Ekarudra, Ekanetra, Trimurti, Srikantha, Sikhandi. 
      • Sanghyang Ananta dititahkan oleh Tuhan untuk meresapi alam dan dunia, dan juga untuk membebaskan atman yang sengsara, jika telah selesai menikmati penderitaan sesuai dengan perintah Tuhan. Pada saat itulah Sanghyang Ananta kembali, 
        • Sanghyang Suksma menggantikan Ananta (selanjutnya) Siwatama menggantikan Suksma, 
        • Ekarudra menggantikan Siwatama, 
        • Ekanetra menggantikan Ekarudra, 
        • Trimurti menggantikan Ekanetra, 
        • Srikantha menggantikan Trimurti
        • Sikhandi menggantikan Srikhanta. 
      • Itulah yang disebut Mayasira Tattwa.
Dengan memperhatikan sloka di atas maka dapat dikemukakan bahwa Siwatma sudah kena Wyapara atau noda dari unsur maya.
  • Berdasarkan atas adanya Wyapara atau noda itu maka Siwatma memiliki delapan tingkatan yang disebut Astawidyasana (delapan tingkat pengetahuan). 
  • Kedelapan tingkat pengetahuan itu secara berturut-turut dari tingkat yang terendah sampai dengan tingkat yang tertinggi yaitu Ananta, Suksma, Siwatama, Ekarudra, Ekanetra, Trimurti, Srikantha, dan Sikhandi.
Demikianlah tingkat-tingkat pengetahuan dari Siwatma yang berhubungan dengan besar kecilnya Wyapara atau noda yang ditimbulkan akibat adanya pertemuan dengan unsur maya.

Jika pengaruh maya itu telah besar terhadap Siwatma, maka sifatnya menjadi Awidya serta hilang kesadaran nya yang murni. Kemudian dari Siwatman yang telah dikenai Awidya ini memecah diri menjadi atman yang berjumlah banyak. Atman adalah bagian dari Siwatman yang menjadi jiwa setiap makhluk dan jumlahnya sangat banyak tak terhitung. 
  • Mari pweka siwa tattwa sarwajna sarwakarya karta, ya ta sinangguh atma ngaranya, cetana lengeng lengeng ngaranya, yata matangyan sesok tang maya tattwa, kadyangganing umahning tawwan, ikang atma yangken anakning tawwan, adnomukha tumungkul. Ngaranya mulat i sor juga tikang atma, tan weruh irikang tattwa i ruhurnya (Sudarsana Dewi, 14 hal 40). Artinya :
  • Jika Siwatattwa itu tidak lagi mahatahu dan mahakarya maka disebut atma yaitu cetana yang telah kena lupa. Banyaklah adanya atma itu, sehingga terpenuhi olehnya mayatattwa, seperti sarang lebah yang tersusun bertingkat-tingkat. Mayatattwa itu seumpama sarangnya lebah, doyan merunduk, selalu menghadap kebawah dan tidak mengetahui tentang keadaan di atasnya.
Walaupun atman itu merupakan bagian dari Tuhan, namun ia tidak menyadari asalnya, karena diakibatkan oleh belenggu Awidya. Seperti yang telah disebutkan di depan bahwa dalam Cetana ada tiga wujud yang disebut Paramasiwa yaitu : 
  • Tuhan dalam keadaan Nirgunam atau disebut pula dengan istilah Impersonal God without attributes,
  • Sadasiwa yaitu Tuhan dalam keadaan Sagunam atau disebut pula dengan istilah personal God with attributes
  • sedangkan Siwatma yaitu Tuhan sebagai jiwa semua makhluk atau disebut pula dengan istilah Personal God as individual soul.
***