Ngunggahang Dewa Pitara pada Sanggah Kemulan

Ngunggahang / Ngelinggihin Dewa Pitara pada Sanggah Kamulan setelah upacara atma wedana sebagaimana disebutkan dalam lontar Purwa Bhumi Kamulan dalam kutipan artikel blog Sanggah Kemulan << Purantara Bugbug Denpasar adalah bermaksud untuk mempersatukan dewa pitara (roh / atman leluhur yang sudah suci) kepada sumbernya (Hyang Kamulan). 
Kalimat “irika mapisah lawan Dewa Hyangnia nguni” mengandung pengertian bersatunya atma yang telah suci dengan sumbernya, yakni Siwatma (ibunta) dan Paratma (ayahta). 
Hal ini merupakan realisasi dari tujuan akhir agama Hindu yakni mencapai moksa (penyatuan Atma dengan Paramatma). 

Pemikiran tersebut didasarkan atas aspek Jnana Kanda dari ajaran agama Hindu. Dari segi susila (aspek etika) ngunggahang Dewa Pitara pada Sanggah Kamulan juga bermaksud mengabadikan / melinggihkan roh leluhur yang telah suci pada Sanggah Kamulan untuk selalu dipuja mohon doa restu dan perlindungan.  
Atma yang dapat diunggahkan pada Sanggah Kamulan yaitu Atma yang telah disucikan melalui proses upacara Nyekah atau mamukur seperti dinyatakan dalam rontal:  “..iti kramaning ngunggahang pitra ring kamulan, ring wusing anyekah kurung muah mamukur, ri tutug rwa walws dinanya, sawulan pitung dinanya…”. 
Artinya: “…Ini perihalnya naikkan dewa pitara pada Kamulan, setelah upacara nyekah atau mamukur, pada dua belas harinya, atau 42 harinya..”

Jadi upacara ngelinggihang Dewa Pitara merupakan kelanjutan dari upacara nyekah atau mamukur itu. Tetapi karena pitara sudah mencapai tingkatan dewa sehingga disebut Dewa pitara maka upacara ini tidak tergolong pitra yajnya lagi, melainkan tergolong Dewa Yadnya

Dari uraian di atas itu jelaslah bagi kita bahwa Sanggah Kemulan di samping untuk memuja Hyang Widhi juga tempat memuja roh suci leluhur yang telah manunggal dengan sumbernya (Hyang Kamulan atau Hyang Widhi).

Demikian disebutkan beberapa hal tentang ngungghang dewa pitara pada sanggah kemulan untuk selalu dipuja mohon doa restu dan perlindunganNYA.
***