Restu

Keyakinan sebagian besar orang Hindu, bahwa restu yang paling ampuh dan manjur adalah restu dari kedua orang tua sebagaimana tattwa dalam pengertian agama disebutkan;
Hal inilah yang menyebabkan sraddha/bhakti kepada ayah ibu dan leluhur itu penting, dalam Weda juga disabdakan mengenai upacara-upacara yang berkenaan dengan pemujaan leluhur yang disebut dengan upacara sraddha dan tarpana sebagai persembahan yang ditujukan kepada orang tua yang telah meninggal dunia.
Bhakti yang lain juga dapat dilakukan kepada orang tua dengan tidak berkata-kata kasar kepada orang tua, sayang kepada orang tua serta hormat kepadanya. 
Keseimbangan antara penghormatan orang tua semasih hidup dengan setelah meninggal dunia mesti dilakukan, orang tua semasih hidup harus diperlakukan dengan baik bukan nanti setelah meninggal dunia baru disembah-sembah akan tetapi semasih hidupnya tidak diperhatikan, tidak dirawat dengan baik bahkan menjadi anak durhaka yang meninggalkan pesan-pesan orang tuanya. 
Dan sebagai renungan;

Diceritakan dalam Epos Mahabharata, Yudistira sangatlah berbhakti pada orang tuanya dan selalu meminta restu disetiap keadaan.
Pada saat-saat menjelang pertempuran di Kurusetra yang sangat dahsyat itu, tiba-tiba Yudistira melepaskan baju zirahnya, meletakkan senjatanya, dan turun dari keretanya, sambil mencakupkan tangan dan berjalan ke arah pasukan Korawa.
Seluruh pihak yang melihat tindakannya tidak percaya. 
Para Pandawa mengikutinya dari belakang sambil bertanya-tanya, namun Yudistira diam membisu, hanya terus melangkah. 
Di saat semua pihak terheran-heran, hanya Kresna yang tersenyum karena mengetahui tujuan Yudistira. 
Pasukan Korawa penasaran dengan tindakan Yudistira. Mereka siap siaga dengan senjata lengkap dan tidak melepaskan pandangan kepada Yudistira.
Yudistira pun berjalan melangkah ke arah Bisma
kemudian dengan rasa bakti yang tulus ia menjatuhkan dirinya dan menyembah kaki Bisma, kakek yang sangat dihormatinya.
Yudistira berkata, 
“Hamba datang untuk menghormat kepadamu, O paduka nan gagah tak terkalahkan. Kami akan menghadapi paduka dalam pertempuran. Kami mohon perkenan paduka dalam hal ini, dan kami pun memohon doa restu paduka”.
Bisma menjawab, 
“Apabila engkau, O Maharaja, dalam menghadapi pertempuran yang akan berlangsung ini engkau tidak datang kepadaku seperti ini, pasti kukutuk dirimu, O keturunan Bharata, agar menderita kekalahan! Aku puas, O putera mulia.
Berperanglah dan dapatkan kemenangan, hai putera Pandu! Apa lagi cita-cita yang ingin kaucapai dalam pertempuran ini? Pintalah suatu berkah dan restu, O putera Pritha. Pintalah sesuatu yang kauinginkan! 
Atas restuku itu pastilah, O Maharaja, kekalahan tidak akan menimpa dirimu. Orang dapat menjadi budak kekayaan, namun kekayaan itu bukanlah budak siapa pun juga. Keadaan ini benar-benar terjadi, O putera bangsa Kuru. Dengan kekayaannya, kaum Korawa telah mengikat diriku...”
Setelah Yudistira mendapat doa restu dari Bisma, kemudian ia menyembah Drona, Kripa, dan Salya.
Semuanya memberikan doa restu yang sama seperti yang diucapkan Bisma, dan mendoakan agar kemenangan berpihak kepada Pandawa. 
Setelah mendapat doa restu dari mereka semua, Yudistira kembali menuju pasukannya, dan siap untuk memulai pertarungan untuk sebuah kemenangan dan akhirnya berhasil dengan baik.
***