Korawa

Korawa adalah seratus putra-putra dari Raja Dhretarastra yang bersifat durjana.
Dimana dalam kisahnya pada zaman dahulu dikisahkan mereka terlahir akibat dari frustasi seorang ibu yang melahirkannya;
Menurut Hindu Dharma disebutkan mereka semua merupakan simbol dari pikiran buta (awidya) yang menguasai jiwa, yang pada nantinya diselamatkan oleh Pandawa melalui sebuah pertempuran.
Akhirnya kemenangan ada di pihak Pandawa, mereka membawa jiwa ke perlindungan Krsna sebagaimana dikisahkan selanjutnya dalam kajian nilai dan makna filosofis dari Kisah Mahabharata.
Kisah aneh kelahiran Korawa juga diceritakan dalam pewayangan Mahabharata diceritakan bahwa :

Gandari, istri Dretarastra, menginginkan putra.
Kemudian Gandari memohon kepada Byasa, seorang pertapa sakti, dan dia mengabulkannya. 
Gandari menjadi hamil, namun setelah lama ia mengandung, putranya belum juga lahir. Ia menjadi cemburu kepada Kunti yang sudah memberikan Pandu tiga orang putera. 

Gandari menjadi frustasi kemudian memukul-mukul kandungannya. Setelah melalui masa persalinan, yang lahir dari rahimnya hanyalah segumpal daging. Byasa kemudian memotong-motong daging tersebut menjadi seratus bagian dan memasukkannya ke dalam guci, yang kemudian ditanam ke dalam tanah selama satu tahun. 
Setelah satu tahun, guci tersebut dibuka kembali dan dari dalam setiap guci, munculah bayi laki-laki. Yang pertama muncul adalah Duryodana, diiringi oleh Dursasana, dan saudaranya yang lain.
Dan di lain pihak Kunti melahirkan Yudistira, Bhima, dan Arjuna. Madri melahirkan Nakula dan Sadewa. Keturunan Pandu tersebut disebut Pandawa.

Kisah masa kecil Pandawa dan Korawa
Pandawa dan Korawa hidup bersama-sama di istana Hastinapura. Bagawan Drona memberi latihan mereka semasa kanak-kanak, bersama dengan puteranya yang bernama Aswatama. Selain itu mereka dididik pula oleh Bhisma dan Bagawan Kripa.

Setelah Pandu mangkat, kakaknya yang bernama Drestarastra meneruskan pemerintahan. Drestarastra melihat talenta para Pandawa dan hendak mencalonkan Yudistira menjadi Raja, namun hal tersebut justru memunculkan sikap iri hati dalam diri Duryodana, salah satu Korawa.

Demikianlah sekilas diceritakan kisah kelahiran seratus Korawa yang selalu dilingkupi belenggu kegelapan bathin, sebuah ikatan yang menyelimuti kesadaran manusia sehingga dapat menyebabkan kekacauan dan kegelapan bathin dalam diri manusia.
***