Belenggu Kegelapan Bathin

Belenggu Kegelapan Bathin adalah sebuah ikatan yang menyelimuti kesadaran manusia sehingga dapat menyebabkan kekacauan dan kegelapan bathin dalam diri manusia.

Tekadang setiap usaha atau kegiatan yang dibelenggu oleh sebuah harapan, apabila ternyata tidak sesuai harapannya dengan hasil yang diperoleh akan menimbulkan kekecewaan.
Dari kecewa,
timbul frustasi,
dan akhirnya depresi.
Bukankah ini berarti kita menyiksa diri?
Menurut Hindu Dharma, sejatinya disebutkan kita lahir di dunia sebagai manusia pastinya tidak terlepas dari belenggu.
Karena merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna itu bukan berarti kita akan terlepas dari belenggu.
Dan menurut beberapa sumber Veda, badan manusia merupakan badan persimpangan yang paling memungkinkan sang jiwa/atman dapat lepas dari belenggu material dan mencapai moksha.

Dalam kesadaran akan jati diri untuk dapat mengantar pada keharmonisan seperti dikatakan terdapat tiga belenggu yang mengikat manusia yaitu : 
  1. Pikiran (manas), 
  2. Ahamkara (ke-akuan) 
  3. dan Sthula saria (badan fisik). 
Pikiran (manas) tersebut merupakan pelopor dari kedua belenggu yang lain. 
Karena apa? 
Pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Apabila tidak dapat mengendalikan pikiran maka kita akan sulit dalam mendengar suara hati (batin). Sulit, karena kita telah mengotori batin tersebut dengan kelahiran kita yang tidak hanya sekali saja.
Dengan demikian, perlu dilakukannya beberapa hal yang dapat meningkatkan keharmonisan antara pikiran dan batin dengan selalu tekun dan sadar untuk selalu berfikir positif.
Seperti halnya dalam memanfaatkan pikiran bawah sadar;
Ketika kita selalu berpikir positif, maka aura tubuh yang menyelimuti kita akan terpancar positf.
Namun ketika anda sering berpikir negatif maka aura tubuh yang menyelimuti kitapun menjadi negatif pula atau dapat menjadi kacau,
Jadi ketika pikiran anda sedang kacau sebagaimana dikatakan salah satunya cobalah untuk melakukan brata dan melantunkan mantra Om Namah Shivaya niscaya pikiran akan tenang kembali, usahakan untuk rutin mengucapkannya jangan hanya sekali terus berhenti.
***