Sawa Wedana

Sawa Wedana disebut juga Sawa Preteka adalah upacara atiwa - tiwa bagi sawa atau jenazah orang yang baru meninggal dunia sebagai proses pengembalian Panca Maha Bhuta ke Bhuwana Agung sebagaimana disebutkan dalam sumber kutipan konsep panca yadnya dan filosofi nilai dalam kelangsungan hidup menurut umat hindu yang sering juga dalam masyarakat disebut ngaben dadakan, sifatnya segera.

Menurut beberapa lontar seperti Yama Purwana Tatwa dan Pubha Sasana dalam kutipan tersebut juga dijelaskan tata cara seperti ini dibenarkan dan disebut dengan istilah Mependem Ring Giri, megenah di petulangan. Melalui sistem Sawa Wedana ini, dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
  • Sawa saat di rumah, dibersihkan sesuai dengan upacara mependem. Selanjutnya sawa diusung ke setra. Setelah tiba di setra, sawa mengelilingi tempat pembakaran tiga kali ke kiri. Setelah itu disemayamkan di tempat pembakaran yang telah disediakan.
  • Jenazah dletakkan di atas petulangan atau tempat pembakaran, lebih awal pembungkus kain dan tikar dibuka. Kemudian dilanjutkan upacara metirta, pertama dipercikkan tirta:
  • Di atas dada jenazah diletakkan bekal roh / atman seperti:
  • Canang tujuh tanding
  • Beras catur warna, masing-masing satu ceper warna: putih, merah, kuning, dan hitam.
  • Setelah selesai upacara seperti di atas lalu jenazah di bakar dengan api upacara.
  • Setelah jenazah menjadi arang, lalu dituangkan air tawar yang disebut penyeeb.
  • Arang itu dikumpulkan lagi ditaruh di atas senden, lalu disiram dengan air kumkuman, kemudian dimasukkan ke dalam kelapa gading yang berwujud puspa ati. Abu yang lain diwujudkan manusia simbolis, kemudian dipasang kuwangen. Pemasangan kwangen dikelompokkan, yaitu:
    • Kelompok garis lurus dari:
  • Dahi
  • Kerongkongan
  • Ulu Hati
  • Pusar
  • Antara pusar dengan kemaluan
  • Antara kemaluan dengan pantat
  • Mata
  • Hidung
  • Mulut
  • Lidah
  • Telinga
  • Perut
  • Kemaluan
  • Pantat
  • Tangan
  • Kaki
  • Kelengkapannya disertai banten upacara pesaksi ke Pura Mraja Pati, Pengulun Setra, bubur pirtata, nasi angkep, banten arepan, ketupat panjang, diuskamaligi, puspa / bunga, rantasan untuk rekayasan. Pemangku atau pendeta sebagai sulinggih yang memimpin upacara persembahyangan dari sanak keluarga almarhum. 
    • Persembahan itu ditujukan kepada: Hyang Surya, Mraja Pati, Kahyangan Tiga dan sesuhunan (Bhatara Kawitan). 
    • Setelah tiba, diawali dengan upacara daksina, pras penganyutan dan wangi-wangian, barulah abu dibuang ke sungai. 
    • Dengan demikian selesailah sudah tahapan upacara Sawa Wedana tersebut yang kemudian dilanjutkan dengan upacara atma wedana.
***