Banten Penyeneng

Banten Penyeneng adalah simbol antena penghubung titah / umat dengan Hyang Widhi dan salah satu kecanggihan leluhur nusantara bisa membuat antena penunutun kesadaran yang berbeda dengan antena sekarang dibuat. 
 
Banten Penyeneng (ref) juga disebut sebagai Tehenan / Pabuat merupakan jenis jejaitan yang dipergunakan dalam tetandingan banten penyeneng dengan ruang tiga masing-masing berisi beras, benang, pis bolong, nasi aon (nasi dicampur abu gosok) dan porosan yang berfungsi sebagai alat untuk nuntun, menurunkan prabhawa Hyang Widhi (antena receiver). 
***
Mantra Penyeneng: Oṁ kaki penyeneng nini panyeneng kajenengan iru sanghyang Brahma Wisnu Iswara Chandra Lintang terang gona, Oṁ Shri ya namah swaha.

Selain itu Banten Penyeneng sebagai lambang konsep hidup yang berkeseimbangan, dinamis dan produktif sebagaimana disebutkan penyeneng dalam banten sebagai penguatan konsep hidup, dijelaskan bahwa hidup yang seimbang mengandung suatu arti dalam visualisasi dari konsep hidup yang tiga ini diwujudkan dengan bentuk sampian yang beruang tiga.
  1. Tujuan hidup ini harus diselaraskan antara kebutuhan jasmani (material) dengan kebutuhan rokhani yang dinamis.
  2. Tidak henti-hentinya mengejar kemajuan dan produktif artinya senantiasa berkarya atau mencipta yang patut diciptakan, 
  3. Memelihara yang patut di pelihara dan meniadakan sesuatu yang patut ditiadakan.

Dalam usaha membangun konsep hidup ini maka manusia hendaknya memiliki pandangan yang benar. Benar dalam arti dilandasi oleh kesucian bathin.

Kesucian bathin akan muncul manakala telah lenyapnya sifat-sifat negatif dalam diri. Dengan demikian barulah benih kesucian dapat disemaikan. Hal ini divisualisasikan dalam bentuk sarana yang disebut segawu tepung tawar dan beras.
***