Asubha Karma

Rangda, simbol kekuatan
energi negatif
Asubha Karma (atau Adharma) adalah segala bentuk tingkah laku yang tidak baik, tidak suci dan selalu menyimpang dengan perbuatan subha karma dan bertentangan dengan hukum yang berlaku, serta merupakan sumber dari kedursilaan yaitu :
Semua jenis perbuatan yang tergolong acubhakarma / Asubha karma ini merupakan larangan-larangan yang harus dihindari di dalam hidup ini.
Karena semua bentuk perbuatan acubhakarma inilah menyebabkan manusia berdosa dan hidup menderita.
Sehingga dengan mengenal perilaku - perilalu buruk itu dapat menjadi cerminan untuk agar tidak mengulanginya pada masa mendatang (Nagata).

Menurut agama Hindu, bentuk-bentuk acubhakarma / kejahatan yang harus dihindari di dalam hidup ini adalah :
Demikian bentuk-bentuk acubhakarma perbuatan yang menyimpang dan prilaku dosa dalam kutipan Çubha dan Açubha Karma yang dijelaskan pada Hindu-Indonesia.com yang harus dihindari.

Sebagaimana yang diuraikan pada kutipan "The Descent Ilahi Tuhan", hal ini dijelaskan dalam kitab suci sebagai "Dharma Glani" merajalelanya adharma. 
Melihat keadaan hari ini, seharusnya tidak sulit bagi kita untuk menyimpulkan bahwa inilah waktu dunia sedang mengalami saat Glani Dharma.
Dimana masa kegelapan ketika dosa-dosa dan kejahatan dari segala jenis biasanya berlangsung; 
  • Ketika manusia meraba-raba untuk menginginkan visi yang jelas. 
  • Ini adalah saat dimana Tuhan campur tangan dalam urusan manusia.  
Pada titi gonggang atau titi ugal agil pun disebutkan, bahwa atma yang terjatuh ke neraka atau alam bhur loka  adalah atma-atma yang diselaputi oleh karma wasana yang terlalu banyak cenderung pada adharma ini. 
Perbuatan asubha karma ini merupakan papa atau dosa yang mesti dihindari oleh setiap orang, terutama yang ingin sukses menempuh jalan rohani (Bhagavadgita (XVI.21).
Dalam sarasamuscaya juga ditegaskan, bahwa berusahalah untuk memahami hakekat penjelmaan sebagai manusia di alam ini sehingga kita mampu untuk rneningkatkan atau menyempurnakan diri dari perbuatan buruk (asuba karma) ini menjadi perbuatan baik.
***
Ada sebuah ceritra yang menceritrakan kejahatan seorang manusia, yang bernama Pepaka yang dalam Tantri: Pepaka Manusia Jahat diceritakan sebagai berikut :
Ia pada mulanya merupakan seorang pemburu binatang yang loba tamak, jahat dari kecil. Tidak pernah berbuat yang baik. 
"Suatu hari, dilihatnya si macan sudah siap akan menerkamnya. Suaranya meraung keras,”
Hai kamu manusia jahat, yeng selalu membunuh binatang.
Pasrahkan hatimu untuk ku makan.
Sang Pepaka gemetar menangis, Hampir saja ia bisa dimakan, kalau tidak ada si Wenari menolongnya yang selalu melakukan dharma sadhu kebaikan yang berbudi luhur, berpribadi mulia dan berhati suci.
Secara niskala, melakukan prosesi ritual dalam hal menetralisir kekuatan - kekuatan jahat ini juga bertujuan agar menjadi suatu kekuatan yang baik dan berguna yang sebagaimana diantaranya disebutkan sangatlah penting bagi diri manusia itu sendiri dan kehidupan di alam semesta ini;
Sehingga di Bali juga melaksanakan upacara nyomia yang bertujuan untuk mengembalikan kekuatanan negatif dari Bhuta Kala yang dibuat dalam wujud Ogoh-ogoh yang kemudian dilanjutkan dengan natab caru pabiakalan sebuah ritual yang bermakna nyomia, untuk mengembalikan sifat-sifat jahat buta kala ke asalnya.
***