Mengapa Asubha Karma Menjadi Penyebab Terjadinya Punarbawa

Kelahiran kembali sebagai manusia karena beban “hutang” karma buruk yang terlalu berat disebutkan akan menjadi awal dari duka punarbawa dalam kelahiran berikutnya.

Menurut Hindu Dharma, perbuatan manusia dapat di bedakan menjadi dua jenis yaitu:
  • Subha Karma, suatu perbuatan yang baik berdasarkan Dharma.
  • Asubha Karma, suatu perbuatan buruk yang berdasarkan Adharma.
Diantara kedua jenis perbuatan tersebut diatas yang tergolong asubba karma yaitu perbuatan yang berakibat buruk membungkus atau menghalangi perjalanan jiwatman mencapai moksa (kebebasan yang kekal abadi).

Semasih jiwatman itu berdosa dan di liputi oleh keduniawian maka jiwatman harus menebus dosa-dosanya itu dengan jalan memperbaiki karma buruknya dengan berkarma yang baik atau subha karma.
Dimana tempat untuk memperbaiki karma ini hanya di dunia ini saja.Oleh sebab itulah jiwatman harus lahir atau menitis ke dunia ini dengan mengambil wujud atau tubuh yang sesuai dengan karma wasana jelek yang ,membungkusnya.

Jadi yang menyebabkan punarbhava atau kelahiran yang berulang-ulang ke dunia ini adalah asubha karma atau perbuatan buruk yang dilakukan okeh seseorang pada waktu hidup didunia ini.

BAGAIMANA proses terjadinya punarbhawa akibat dari perbuatan ashuba karma itu ?;
Penyebab terjadinya punarbhava yaitu perbuatan asubha karma atau perbuatan karma wasana yang jelek di masa lampau. 
Dengan demikian maka jelaslah untuk mengetahui proses terjadinya punarbhava di mulai dengan hukum karma atau huku sebab akibat. 

Manusia harus menyadari bahwa tiada akan luput dari pengaruh hukum karma, karena selama hidup manusia berbuat sesuatu di dunia ini. 
Dari sejak lahir, manusia sudah membawa karma wasana atau bekas-bekas perbuatan di masa lampau yang menentukan watak seseorang. 

Apabila selama hidupnya manusia itu perbuatanya baik lebih banyak dibandingkan dengan perbuatan buruknya maka setelah meninggal rohnya akan di masukkan kealam sorga, di alam surga roh tersebut menikmati segala keindahan lamanya sesuai dengan perbuatan baik yang telah di perbuat. 
Setelah habis waktunya menikmati keindahan alam surga maka roh itu akan lahir kembali ke dunia ini menjadi manusia lebih baik dari kelahiran sebelumnya.
 
Demikianlah seterusnya proses terjadinya punarbhava berulang kali ke dunia ini sampai semua perbuatan buruknya lenyap di imbangi dengan perbuatan baiknya. 

Kalau sudah semua perbuatanya baik berdasarkan dharma maka selesailah punarbhava yang di alami oleh orang tersebut, akhirnya jiwatman dapat bersatu dengan asalnya yaitu paramatman

Tetapi sebaliknya apabila selama hidupnya manusia itu perbuatan buruknya lebih banyak dibandingkan perbuatan baiknya, setelah meninggal dunia maka rohnya akan di masukkan ke alam neraka yaitu alam yang penuh kotoran yang sangat menjijikkan di kawah weci (chandra gomuka), batu macepak, tihing petung / titi ugal agil, kayu curiga dan tegal penangsaran sebagai tempat menghukum roh-roh yang melakukan perbuatan buruk atau dosa di masa hidupnya di dunia ini. 

Lamanya roh itu di neraka menjalani hukuman disebutkan tergantung dari perbuatan buruk atau asubha karma yang telah di perbuatnya. Setelah selesai menjalankan hukuman yang setimpal maka roh manusia tersebut menjelma lagi kedunia ini menjadi makhluk yang derajatnya lebih rendah dari penjelmaan sebelumnya.

Dalam terjemahan slokantara 20-21 di sebutkan demikian :
"Dewa Neraka (Menjelma) Menjadi Manusia, Manusia Neraka Menjadi Ternak,Ternak Neraka Menjadi Binatang Buas, Binatang Buas Menjadi Burung, Burung Neraka Menjadi Ular, Ular Neraka Menjadi Taring, Taring Yang Dapat, Membahayakan Manusia"

Demikianlah kenerakaan yang di alami oleh roh orang yang selalu jahat dalam hidupnya di dunia ini, sampai akhir penjelmaan menjadi dasar kawah neraka.

Dan apakah reinkarnasi akan terjadi secara terus menerus memenuhi standar kebaikan,tanpa ada jahat apakah seseorang itu akan berhenti bereinkarnasi ?

Tentu saja jawabannya iya, tapi sebelum kita menjwabnya hendknya kita tinjau melalui memahami konsep punarbhava itu sendiri. 

Kalau kita tidak mengalami konsep atma dan hukum karma, maka reinkarnasi sebagai suatu kepercayaan adanya kelahiran yang berulang-ulang dalam Agama Hindu agak meragukan, sebab kenyataan yang kita lihat adalah manusia lahir hanya sekali dalam hidupnya. 

Reinkarnasi, punarbhava tidak terlepas ruang dan waktu, karena di dalam roh tidak di kenal dengan roh Arab, India, China, Bali dll. 
Yang ada hanyalah roh besar, yang akan mengecil ketika mengisi wadag yang kecil, seperti semut misalnya: dan ia akan menjadi besar ketika mengisi wadag seperti gajah. 

Roh tidak mengenal masa lampau, masa sekarang atau masa depan: karena roh tidak terpengaruh oleh ke tiga masa itu. 

Pedanda menegaskan bahwa punarbhava tidak selalu terjadi di lingkungan keluarga saja atau berasal dari leluhur. Punarbhawa bias terjadi dari seluruh, manusia di permukaan bumi ini. Bahkan punarbhava bisa terjadi dari makhluk-makhluk / sarwa prani lain selain manusia.

Roh itu ibarat sekumpulan awan yang kemudian berubah menjadi titik-titik air hujan yang kemudian jatuh ke bumi. 
Ada yang jatuh di laut, ada pula yang jatuh di darat. 
Dan titik air hujan,baik yang jatuh di laut maupun di darat sulit di kenali lagi karena sudah bercampur dengan ari laut dan tanah. 
Baik air hujan yang jatuh di laut maupun di darat, nanti pada akhirnya berkumpul dilaut juga. Yang jatuh di laut berarti kembali ke asal, karena awan berasal dari penguapan air laut, sedangkan yang jatuh di pegunungan akan menjadi tirta

Manusia ibarat uap setitik air laut (roh individual) yang karena ringan naik ke angkasa dan berkumpul dengan uap air laut (berbagai roh), membentuk awan (roh besar), yang lalu karena berat oleh muatan beban (karma vesana masa lalu), jatuh kembali (punarbhava ke bumi ). 

Gambaran ini merupakan gambaran perjalanan roh melalui punarbhava yang tiada habisnya, sampai ketika suatu saat semua beban-beban yang memberatkan sang roh hilang lenyap, maka ia tidak akan jatuh lagi, tetapi menyatu dengan ida sang hyang widhi menuju moksa dalam suka tan pawali duka..

Sumber : artikel Jeng Kelis Hindu/Fb.
***