Titi Ugal - Agil; ("Titi Gonggang"; seda raga) disebutkan adalah jembatan tali yang bergoyang - goyang di atas jurang yang sangat dalam, dimana adanya;
- api berkobar, dan
- panas yang luar biasa.
Dan dari dasar jurang bergema teriakan minta ampun dan minta tolong.
Kata Nabe, itu merupakan teriakan dari orang-orang yang berbuat dosa dan menerima hukuman di neraka atau alam bhur loka.
Atma yang terjatuh di titi-gonggang ini disebutkan atma-atma yang diselaputi oleh,
- karma wasana yang terlalu banyak cenderung pada adharma,
- hasil perbuatannya yang negatif atau menyimpang dari ajaran Weda, ketika ia masih hidup.
Ukuran seberapa “banyak” nya untuk menerima hukuman itu, hanya Ida Sanghyang Widhi yang maha tahu.
Demikian pula untuk berapa lama ada di neraka. Dalam Mahabharata, hal demikian dialami pula oleh Panca Pandawa dan Kurawa. Acuan : lontar Yama Purana Tattwa
Juga sebagai tambahan, Titi Ugal - Agil disebutkan terdapat pada alam Mrtya Loka, yang merupakan alam antara Mayapada dan Alam halus bvah loka, dimana dijelaskan bahwa kebanyakan dilewati oleh orang - orang mati.
Begitu pula kisah titi ugal-agil ini, disebutkan terdapat dalam banyak lontar
di Bali, bahwa jiwa-jiwa (atman) yang ingin keluar dari neraka harus
melewati jembatan ini agar bisa terlahir kembali atau reinkarnasi.
Diceritakan dalam penemuan manusia antara surga, neraka & bumi diebutkan bahwa,
Diceritakan dalam penemuan manusia antara surga, neraka & bumi diebutkan bahwa,
Dibawah jembatan oleng itu ada jurang menganga.
Dari dasar jurang terdengar jeritan Atma yang terjatuh minta tolong.Ratapan itu didengar oleh Atma yang sedang menyeberang. Makin ciut nyali Atma itu. Beberapa Atma nampak tertancap diruncing batu cadas yang seakan taringnya jurang.
Beberapa lainnya tersangkut bergelantungan di ranting pohon pinggir jurang, dipatuk-patuk ular berbisa.
Hanya karma baik menyebabkan Atma sukses melewati jembatan oleng itu. Atma yang berhasil, setelah melewati jembatan itu, konon akan menemukan jalan bercabang dua.
Di hadapan jenasah, yang hidup dilatih berpesan, agar Atma berani memilih jalan yang sulit
- Cabang pertama berupa jalan bersih, aman, lestari, indah. Itu konon jalan menuju neraka.
- Sebaliknya cabang kedua, penuh duri, susah, penuh godaan, berbahaya. Konon itu jalan menuju surga.
Di hadapan jenasah, yang hidup dilatih berpesan, agar Atma berani memilih jalan yang sulit
Nasihatnya, jangan sekali-sekali tergoda oleh kemudahan sebuah jalan.
Jalan yang mulus dan lancar-lancar saja sering menipu. Keluarga yang ditinggalkan ingin agar Atma orang yang mati langsung menuju surga.
Karena surga sudah pasti lebih bagus daripada neraka
Pengetahuan mereka tentang surga didapat dari bergaul dengan tradisi. Jadi, bukan pengalaman langsung.
Karena sangat absurd, bila seseorang harus mati dulu atau menjalani prosesi seda raga untuk tahu surga maupun neraka.
***