Mrtya Loka

Mrtya Loka (Alam Astral) adalah alam transisi antara mayapada ("alam material"; Dunia kita ini) dengan Alam Halus Bwah Loka sebagamana yang disebutkan,
Disebut Ayatanastana sebagai sebuah tempat perbatasan antara sorga dan neraka  dimana para roh diperiksa dan adili sesuai dengan karmanya.
Diceritakan, ketika meninggal, sang jiwa (atman) akan melewati alam-alam ini dengan perlahan-lahan untuk melepaskan sisa-sisa keterikatan terhadap kehidupan duniawi dan kekasaran pikiran.

Bagi mereka yang evolusi bathinnya maju atau bersih, karena lapisan badan halusnya begitu halus, mereka melesat atau terbang dengan cepat melewati Mrtya Loka ini dan langsung lahir di alam-alam luhur atau Svah Loka yang disebutkan sebagai salah satu lapisan alam Tri Loka
 
Sebaliknya bagi yang bathinnya penuh kekotoran dan akan lahir di alam bawah yaitu alamnya para ashura atau Bhur Loka, mereka juga tidak akan terlalu banyak menghabiskan waktu di Mrtya Loka ini, karena lapisan badan halusnya begitu kasar untuk bisa lama berada disini.

Mrtya Loka ini didominasi oleh rangkaian cahaya dan aliran gelombang energi berwarna ungu dan merah. Energi inilah yang membantu sang jiwa mengurai keinginan dan keterikatan dalam badan halus sang jiwa.

Dalam teks-teks Hindu ada kisah jiwa-jiwa yang baru meninggal yang harus melewati sungai Vaitarna sebelum memasuki alam halus alam tengah.

Kisah alam ini disebutkan sebagaimana adanya,
  • Mrtya Loka ini adalah alam yang identik dengan unsur air dari alam semesta atau kisah titi ugal-agil ("Titi gonggang"; Seda Raga) dalam lontar-lontar Bali, disebutkan bahwa jiwa-jiwa yang ingin keluar dari neraka harus melewati jembatan ini agar bisa terlahir kembali.
  • dan juga karena jika sang jiwa ingin keluar dari neraka ia harus melewati Mrtya Loka ini kembali agar bisa sampai di alam halus alam tengah atau bvah loka, dimana jiwa-jiwa antre untuk bisa terlahir kembali atau reinkarnasi.
Suasana alam ini dominan berwarna ungu kemerahan. Kadang terlihat corat-coret kasar ungu dan merah, kadang jalinan benang-benang berwarna ungu kemerahan, kadang terlihat partikel-partikel halus rajas-tamas atau kadang terlihat awan ungu kemerahan.

Akan tetapi walaupun alam ini berwarna ungu dan merah, banyak juga jiwa-jiwa yang melewati alam ini hanya melihat kegelapan pekat.

Hal ini disebabkan sukshma sarira sang jiwa ditutupi kabut dari pikiran yang negatif seperti keterikatan, keinginan, ego, dll.

Analoginya seperti mata kita ditutup kain hitam sehingga yang kita lihat hanya kegelapan pekat.

Sukshma sarira (badan halus) sang jiwa akan pontang-panting dan diguncang-guncang di lapisan alam ini, karena tekanan tinggi di alam ini dan karena alam ini benar-benar baru bagi dia (belum beradaptasi).
Catatan : ingat konteks simbolik titi ugal-agil atau jembatan yang bergoyang-goyang dalam teks-teks lontar Bali. Karena adanya tekanan tinggi dia harus bergerak, tapi dia tidak tahu harus ke arah mana. 
Kunci untuk melewati alam transisi ini adalah adaptasi sukshma sarira untuk menyesuaikan diri dengan tekanan lingkungan serta kecenderungan pikiran kita sendiri (vasana). 
Saat kita mati dan harus melintasi Mrtya Loka ini, idealnya kita harus bersikap sepenuhnya tenang, damai, pasrah dan biarkan gelombang energi ini masuk dan melewati kita. 
Jangan takut. Biarkan diri kita menjadi satu dengan rangkaian cahaya, warna dan gelombang energi ini. 

Dalam moment ini kita mungkin akan tergoda dengan kemunculan memory kehidupan kita, kemunculan alam yang indah, warna-warni, suara-suara atau orang-orang tertentu yang kita kenal dalam hidup kita.  

JANGAN TERTARIK dengan semua hal dunawi yang muncul. Cukup bersikap sadar terhadap semua riak-riak pikiran kita sendiri, itu saja. Bila kita mampu bersikap demikian, perjalanan di alam ini akan jauh lebih mudah.

Sampai kemudian pada suatu fase dimana gelombang bercahaya terlihat muncul dari dalam sukshma sarira. Disinilah sang jiwa mulai mengetahui cara untuk melewati Mrtya Loka dalam alam kematian ini.

Sukshma sarira atau badan halus), sang jiwa dapat melewatinya dengan menggunakan kekuatan gelombang bercahaya dari dalam sukshma sarira ini.

Hingga kemudian sukshma sarira mencapai lapisan puncak atmosfer Mrtya Loka ini yang disebut Antariksha. Alam atmosfer ini memiliki energinya sendiri yang akan membuat kita melesat laksana komet menuju alam halus Bvah Loka. Suara gemuruh laksana angin badai terdengar di  alam atmosfer ini.

Waktu yang dihabiskan di Mrtya Loka bagi jiwa-jiwa yang mati yang akan pergi ke alam halus bvah loka umumnya berkisar antara beberapa bulan s/d bertahun-tahun.

Faktor terpenting yang mempengaruhi durasi lamanya berada di Mrtya Loka ini adalah :
  • Putaran karma dan tingkat kebersihan bathin sang jiwa. Inilah faktor yang sebenarnya paling penting dan menentukan. Tapi kita yang masih hidup juga bisa membantu perjalanan sang jiwa dengan cara-cara berikut dibawah.
  • Upakara ngaben atau persembahyangan yang dibuatkan oleh keluarganya atau orang lain bagi sang jiwa, bukan dari ukuran besarnya yadnya (banten) dan upakara yang menentukan tetapi seperti faktor - faktor yang disebutkan berikut :
    • Pentingnya melakukan kremasi atau ngaben, karena kremasi mempercepat kembalinya  atau terurainya tubuh fisik menjadi unsur panca maha bhuta, yang sangat membantu perjalanan sang jiwa. 
    • Dihantar dengan upakara yang dilakukan dengan baik dan benar.yang dipuput oleh pemangku yang memiliki bathin bersih.
    • Ngaben dan upakaranya, adalah sangat membantu perjalanan sang jiwa (atman), karena dengan demikian sang jiwa bisa ditunjukkan jalan yang benar menuju cahaya atau jyoti di alam kematian.
  • Tingkat kerelaan, Itulah sebabnya di Bali ada tradisi meminta petunjuk (meluasang; nunas bawos atau nuwunang) dari roh keluarga yang baru saja meninggal melalui orang yang suci. Tujuannya kalau-kalau seandainya sang jiwa masih ada ganjalan dalam hidupnya. Sehingga ketika ganjalan-ganjalan tersebut dibantu diselesaikan oleh yang masih hidup, sang jiwa mungkin akan lebih rela menyambut kematiannya dan melepaskan kehidupan duniawi.

Sebagaimana disebutkan pula bahwa, jika ternyata setelah prosesi ngaben jiwa (roh) tersebut belum mencapai kualifikasi untuk moksa, maka beliau mengambil posisi satu lantai di bawah Rong 3 dalam sanggah kemulan (disetiap Rong 3 selalu ada tempat kosong di bawah Rong 3), sambil menunggu kesempatan untuk reinkarnasi kembali.
***