Meluasang

Meluasang (metuunan; mapinunas; nunas bawos atau nuwunang; mepeluas) adalah tradisi di Bali untuk meminta petunjuk kepada leluhur maupun kepada bethara - bethari, Bhatara Hyang Guru, para dewa, menemukan Bhatara Kawitan, pertanda ngiringang dll melalui orang suci yang disebut dengan jro dasaran.
Metuunang/mepeluas bukan saja merupakan tradisi budaya sebagaimana disebutkan reinkarnasi dalam tradisi di Bali, melainkan meluasang juga merupakan sebuah rangkaian peristiwa dalam sistem keagamaan Hindu di Bali yang sering dilaksanakan untuk menyambut kelahiran seorang anak, sehabis upacara besar tertentu, ngaben, kena musibah / bencana dll.
Meluasang / metuunang ini dilakukan dengan perantara Balian Pedehan yang telah suci yang ada di sekitar masyarakat Hindu Dharma di Bali yang didahului dengan nunas ke Betara Dalem / Bhatara Hyang Guru agar bisa didatangkan roh / atman leluhur yang dikehendaki untuk hadir pada Balian Pedehan yang dimaksud. 
Kesakralan dan keunikan peristiwa ini untuk dapat mendatangkan “Roh” orang yang kita undang lewat Balian Pedehan yang sedang kerauhan / kerasukan.
Untuk mengetahui siapa yang manumadi (numitis) / reinkarnasi pada si bayi, orang tua (nenek atau kakek) akan melaksanakan upacara Metuunang / meluasang dan di akhir dengan kesimpulan final bahwa yang numitis ke raga si bayi adalah I pekak…, I kumpi…, I buyut…. dst, yang menariknya lagi dalam upacara meluasang ini, mereka yang masuk ke raga si bayi selalu masih ada hubungan keluarga vertikal dengan yang melaksanakan upacara Meluasang saat itu.

Rangkaian acara mepinunas juga biasanya dilakukan seseorang yaitu :
  • Pada saat seseorang mendapatkan pawisik untuk mencari tahu kebenarannya secara niskala.
  • Dll
***